Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, dan Aktivis Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Idul Qurban dan Gerakan Anti Korupsi: Menyembelih Syahwat Kebobrokan Moral Bangsa

4 Juni 2025   08:04 Diperbarui: 4 Juni 2025   08:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memaknai Idul Qurban (Foto Freepik)

Idul Adha, yang dikenal juga sebagai Idul Qurban, bukan sekadar perayaan keagamaan yang identik dengan penyembelihan hewan. Lebih dari itu, Idul Qurban mengandung nilai-nilai spiritual yang sangat dalam: pengorbanan, keikhlasan, pengendalian diri, dan kepatuhan mutlak kepada Tuhan. Nilai-nilai inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan bagi bangsa Indonesia yang tengah terpuruk dalam budaya korupsi yang akut.

Idul Qurban: Filosofi Pengendalian Syahwat Duniawi

Dalam sejarah Islam, peristiwa qurban merujuk pada kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, demi menjalankan perintah Allah. Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk penghargaan atas keikhlasan dan ketundukan mereka.

Perintah tersebut tercatat dalam Al-Qur'an:

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Ia menjawab: 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'" (QS. As-Saffat: 102)

Kisah tersebut bukan tentang darah atau daging yang sampai kepada Allah, tapi tentang takwa dan pengendalian diri. 

Allah menegaskan:

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya." (QS. Al-Hajj: 37)

Makna ini sangat relevan dalam konteks gerakan anti-korupsi. Korupsi adalah ekspresi dari syahwat duniawi yang tak terkendali---rakus akan kekuasaan, harta, dan jabatan. Maka, semangat qurban seharusnya menjadi pengingat untuk menyembelih syahwat kebobrokan moral yang menjangkiti sendi-sendi birokrasi dan pemerintahan negeri ini.

Indonesia dan Budaya Korupsi: Potret Menyedihkan

Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2023 saja, lembaga ini menangani lebih dari 100 kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi negara, kepala daerah, anggota DPR, hingga aparat penegak hukum.

Beberapa kasus besar yang mencoreng integritas bangsa antara lain:

  • Kasus BTS Kominfo: Menyeret mantan Menkominfo Johnny G. Plate, dengan kerugian negara lebih dari Rp8 triliun.
  • Kasus Korupsi Basarnas: Melibatkan pimpinan tertinggi dalam operasi kemanusiaan, ironi bagi lembaga penyelamat nyawa.
  • OTT Kepala Daerah: Sepanjang 2023, KPK melakukan operasi tangkap tangan terhadap 16 kepala daerah, termasuk bupati dan wali kota yang seharusnya menjadi teladan bagi warganya.
  • Lebih menyedihkan lagi, hasil survei Transparency International Indonesia (TII) tahun 2023 menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia berada di skor 34/100, stagnan dan masih di bawah rata-rata global. Ini menunjukkan bahwa korupsi telah menjadi budaya, bukan sekadar kejahatan individu.

Qurban Sebagai Titik Tolak Gerakan Moral

Idul Qurban mengajarkan pentingnya pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar. Dalam konteks anti-korupsi, ini berarti meninggalkan egoisme, keserakahan, dan segala bentuk kenikmatan sesaat demi integritas pribadi dan masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun