Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, dan Aktivis Sosial

Penyuka Kopi Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Sandwich dan Mimpi Pensiun: Antara Realita dan Harapan

31 Mei 2025   16:41 Diperbarui: 31 Mei 2025   16:41 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi sandwich (Foto: CNBC/Ilham Restu)

Istilah generasi sandwich mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun realitas yang dihadapi generasi ini sangat nyata. Mereka adalah individu usia produktif yang terhimpit dua tanggung jawab besar secara finansial: menanggung kebutuhan orang tua dan membiayai anak-anak. Tak heran jika mimpi untuk pensiun dengan tenang seakan menjadi kemewahan yang sulit diwujudkan.

Tapi, apakah benar generasi sandwich tidak bisa pensiun dengan layak? Apakah harapan itu benar-benar pupus? Artikel ini akan mengulas tantangan generasi sandwich serta strategi yang bisa ditempuh agar tetap bisa menikmati masa tua yang sejahtera.

Siapa Itu Generasi Sandwich?

Generasi sandwich adalah kelompok usia produktif---biasanya berusia antara 30 hingga 50 tahun---yang berada dalam posisi "terjepit". Mereka harus menanggung beban finansial dua arah: ke atas (orang tua yang lanjut usia) dan ke bawah (anak-anak yang masih menjadi tanggungan).

Fenomena ini banyak terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia, di mana sistem perlindungan sosial belum sepenuhnya mendukung lansia, dan biaya hidup serta pendidikan anak semakin mahal. Banyak dari mereka juga belum memiliki akses pada dana pensiun atau investasi jangka panjang.

Tantangan Nyata Generasi Sandwich

1. Tekanan Finansial Ganda

Setiap bulan, pendapatan yang seharusnya bisa dialokasikan untuk tabungan atau investasi masa depan, habis untuk membiayai kebutuhan orang tua dan anak. Tak jarang, utang menjadi solusi jangka pendek yang justru menambah beban.

2. Tidak Punya Dana Darurat dan Pensiun

Menurut survei OJK (2022), lebih dari 60% masyarakat Indonesia belum memiliki dana pensiun atau perlindungan asuransi yang memadai. Bagi generasi sandwich, menabung untuk masa tua terasa seperti impian yang jauh karena kebutuhan saat ini lebih mendesak.

3. Tekanan Psikologis

Selain keuangan, tekanan mental juga menghantui generasi ini. Rasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk orang tua, ditambah tuntutan menjadi orang tua yang ideal bagi anak-anak, seringkali memunculkan stres dan kecemasan.

Masih Adakah Harapan untuk Pensiun?

Jawabannya: YA. Meskipun tantangan generasi sandwich terasa berat, bukan berarti tidak ada jalan keluar. Dengan strategi finansial yang tepat, komunikasi keluarga yang terbuka, dan disiplin dalam perencanaan jangka panjang, pensiun layak tetap bisa diwujudkan.

Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Strategi Mewujudkan Mimpi Pensiun Generasi Sandwich

1. Susun Anggaran Keluarga yang Realistis

Langkah pertama adalah mencatat seluruh pemasukan dan pengeluaran. Bedakan kebutuhan pokok dan keinginan. Anggaran yang realistis akan menjadi fondasi penting untuk mengelola keuangan lebih baik.

2. Mulai Investasi, Sekecil Apa pun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun