Silent treatment, atau perlakuan diam, kerap terjadi dalam hubungan rumah tangga atau keluarga. Meskipun terlihat sepele, sikap diam ini bisa menjadi racun komunikasi jika tidak ditangani dengan bijak. Apakah silent treatment itu baik? Apa dampaknya terhadap hubungan? Dan bagaimana solusinya? Artikel ini akan mengulas secara sistematis dan berbasis teori komunikasi keluarga.
Apa Itu Silent Treatment?
Silent treatment adalah sikap sengaja mendiamkan atau tidak menanggapi seseorang dalam hubungan interpersonal sebagai bentuk hukuman emosional, kontrol, atau penghindaran konflik.Â
Berbeda dengan time-out yang sehat (yaitu waktu jeda untuk menenangkan diri), silent treatment sering kali menimbulkan luka emosional dan memperburuk konflik (Williams, 2001).
Dalam konteks keluarga, silent treatment biasanya muncul saat salah satu pihak merasa kecewa, marah, atau ingin membuat pasangan atau anggota keluarga lainnya merasa bersalah. Namun, cara ini justru memperlebar jarak komunikasi dan menghambat penyelesaian masalah.
Mengapa Silent Treatment Terjadi?
1. Tidak mampu mengelola emosi
Banyak orang tidak dibekali keterampilan mengungkapkan emosi negatif seperti marah atau kecewa dengan cara yang sehat. Akibatnya, diam dijadikan pelarian.
2. Pola komunikasi masa kecil
Menurut Bowen (1978), perilaku dalam keluarga cenderung diturunkan. Jika seseorang tumbuh dalam keluarga yang menyelesaikan konflik dengan diam, maka besar kemungkinan ia akan menerapkan hal yang sama dalam keluarganya.
3. Upaya untuk mengontrol atau menghukum pasangan
Silent treatment bisa digunakan untuk memanipulasi atau memberi "hukuman sosial". Ini adalah bentuk emotional abuse terselubung jika digunakan secara berulang (Gottman, 1994).
Dampak Silent Treatment pada Hubungan Keluarga
- Meningkatkan stres emosional bagi pasangan atau anggota keluarga yang didiamkan.
- Menyebabkan salah paham, karena tidak ada komunikasi terbuka.
- Membentuk pola relasi tidak sehat, di mana satu pihak memegang kendali emosional.
- Merusak rasa aman dan kepercayaan, terutama pada anak yang menyaksikan pola komunikasi seperti ini.
- Dalam jangka panjang, silent treatment dapat menurunkan kepuasan hubungan dan meningkatkan risiko konflik yang berlarut-larut (Schrodt, 2005).
Pendekatan Teori: Komunikasi Adalah Segalanya
Menurut Teori Interaksional (Watzlawick et al., 1967), tidak mungkin "tidak berkomunikasi". Diam pun adalah bentuk komunikasi. Namun, karena pesan dalam diam bersifat ambigu, ia sering menimbulkan kesalahpahaman.
Sementara itu, Teori Sistem Keluarga Bowen menekankan bahwa keluarga adalah sistem yang saling memengaruhi. Bila satu anggota keluarga mengambil sikap diam, anggota lain akan menanggapi---entah dengan kekesalan, penarikan diri, atau ledakan emosi---sehingga menciptakan pola konflik siklikal.
Solusi Bijak Menghadapi Silent Treatment
1. Jangan Membalas dengan Diam
Ketika kita dibungkam dengan silent treatment, respons alami adalah membalas dengan sikap serupa. Namun, ini hanya memperpanjang konflik. Cobalah membuka dialog dengan empati: