Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Penyuka kopi penikmat literasi // Scribo Ergo Sum // Instagram: @kangnanang.ah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Menerapkan Makna Ramadhan, Membelenggu Kemungkaran

1 April 2023   23:39 Diperbarui: 1 April 2023   23:45 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Masjid (Foto oleh Makalu, Pixabay)

Ahli Fiqih mendefinisikan puasa sebagai cara beribadah dengan menahan diri dari makan dan minum, serta berhubungan badan selama waktu yang ditentukan, yakni dari sejak terbit fazar hingga terbenamnya matahari, serta dengan syarat syarat tertentu

Sedangkan dalam Islam sendiri kita mengenal beberapa jenis puasa, diantaranya puasa Senin - Kamis, puasa 3 hari di stiap pertengahan bulan ( tanggal 13, 14, 15), Puasa Nabi Daud (puasa yang dilakukan selang seling, ada jarak satu hari antara dikerjakan dan tidaknya), dan puasa Ramadhan

Dalam pandangan Tasawuf puasa memiliki  maksud dan tujuan untuk memperoleh sarana kesucian jiwa. Menurut Hazrat Ahmad seperti dikutip dalam Majalah Al-Hakam jilid 11, no 2-1, Januari 1907, sebagaimana dilansir dalam majalah Sinar Islam Juni 2014, mengatakan bahwa puasa bukan sekedar ibadah dimana manusia hanya menahan lapar dan dahaga.

 Melainkan, dia memiliki hakikat serta pengaruh yang dapat diketahui melalui pengalaman. Beliau melanjutkan bahwa dalam fitrat manusia terdapat ketentuan bahwa semakin sedikit dia makan maka sedemikian itu pula akan terjadi tazkiya e nafs (daya pensucian jiwa), dan potensi atau kekuatan kasyfiyah pun bertambah

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa dengan  puasa adalah supaya manusia meninggalkan satu makanan yang hanya memberikan kelangsungan hidup bagi tubuh dan meraih makanan kedua yang dapat memberikan ketentraman dan kekenyangan bagi ruh. 

Dan orang orang yang berpuasa semata mata demi Allah Taala, serta bukan sebagai adat kebiasaan, mereka itu hendaknya terus sibuk dalam sanjungan, tasbih, dan tahlil kepada Allah Taala, yang mana mereka akan mendapatkan makanan kedua tersebut.

Dalam sebuah Hadis Riwayat Al Bukhori dikatakan: "Menceritakan kepadaku Abdulah bin Maslamah, dari Malik dari Abiz Zinad dari Al-Araj dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda "Puasa merupakan prisai, janganlah kalian mengucapkan kata kata kotor dan janganlah melakukan hal yang bodoh. Jika ada orang yang mengajak berkelahi dan atau mencaci maka hendaklah mengucapkan "Saya sedang berpuasa". Demi Dzat yang jiwaku berada genggamanNya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada minyak kesturi. Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa milik-Ku dan aku akan membalasnya. Satu kebaikan bernilai 10 kali lipatannya".

Dalam menjelaskan makna prisai sesuai hadis tersebut diatas, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya menjelaskan seperti dikutip dari laman NU online, menjelaskan 3 makna prisai

1. Puasa sebagai prisai dari api neraka.

Disebutkan juga bahwa puasa diibaratkan prisai yang digunakan saat berperang untuk melindungi diri dari serangan musuh. Maksudnya ialah dikarenakan puasa adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang diibaratkan sebagai prisai untuk menjaga diri dari api neraka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun