Mohon tunggu...
Nahda nurhaliza
Nahda nurhaliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - undergraduate International Relations

-

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Memanasnya Kembali Konflik China-Taiwan

23 Oktober 2021   21:37 Diperbarui: 23 Oktober 2021   21:44 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Melihat sejarah awal mula konflik antara China dan Taiwan dikarenakan adanya perang saudara pada tahun 1927 sampai 1949 antara dua kubu yaitu kubu Partai Nasionalis China (PNC) dan Paratai Komunis China (PKC) di daratan China. Akibat kekalahan yang diterima oleh kubu Kuomintang atau (PNC), ia harus melarikan diri ke pulau yang dikenal dengan Formosa yang terpisah dari pulau China oleh Selat Taiwan dan terletak di lepas pantai Tenggara China antara China Timur dan Selatan. Karena pelariannya tersebut China menganggap Taiwan yang masih menjadi provinsinya itu sebagai gerakan separatism dan menginginkan Taiwan kembali tunduk kepada China.

Pemisahan diri Taiwan tersebut dianggap sebagai ancaman keamanan China. Seperti yang kita tahu gerakan separatism juga termasuk salah satu ancaman keamanan tradisional yang dapat mengancam kedaulatan sebuah negara. hal tersebut lah yang dialami oleh China karena kedaulatannya yang terancam. Selain itu keinginan Taiwan lepas dari China sangatlah didukung oleh negara barat lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris dan Perancis.

China selalu melakukan upaya agar pulau tersebut dapat bersatu kembali secara damai dengan negaranya. Namun Taiwan akan selalu menolak karena ingin menjadi negara China satu-satunya yang berideologi liberal. Hal ini mengapa Taiwan sangat mendapat dukungan dari negara barat lainnya yang juga memiliki ideology liberal.

1 Oktober 2021, konflik China dan Taiwan kembali memanas dimana pada memperingati hari Nasional Taiwan, Taiwan menerbangkan sekitar 25 jet tempur dan pesawat tempur di wilayah pulau Farmosa tersebut yang saat ini menjadi Taiwan. Hal ini tentu menjadi perhatian China dan ikut menguji pertahanannya dengan 56 pesawat tempur China. Amerika Serikat di belakang Taiwan mencoba untuk memperingatkan kepada China terkait "aktivitas militernya yang provokatif" dapat merusak perdamaian. Tetapi hal ini tentu tidak diindahkan oleh China. Pemimpin Beijing yaitu Xi Jinping mengatakan bahwa "kemerdekaan Taiwan merupakan ancaman besar yang mengintai bagi peremajaan nasional" dan menginginkan perdamaian antara keduanya.

Berbanding terbalik dengan pernyataan pemimpin Taipei, Taiwan tersebut. Tsai Ing Wei menyatakan bahwa negaranya akan terus memperkuat pertahanannya dan memastikan bahwa tidak ada satu negara manapun yang dapat memaksa Taiwan untuk tunduk kepada China. Dengan pernyataannya tersebut Taiwan harus siap karena China yang akan terus mengklaim negara tersebut sebagai pulau yang ada di wilayahnya, maka otomatis wilayah tersebut akan terus di bawah tekanan militer maupun politik dalam aturannya Beijing.

Namun dibalik semua tekanan militer ataupun politik yang dilakukan China akan ada Amerika Serikat serta negara pendukung lainnya yang mencoba menghalau serangan dari China. Amerika Serikat juga selalu mengajak negara lain untuk terus melakukan latihan militer di Selat Taiwan.

Dikutip dari Reuters, Presiden Amerika Serkat yaitu Joe Biden pada Kamis di Gedung Putih "Amerika Serikat akan membela Taiwan dan membuat komitmen dalam mempertahankan pulau yang diklaim China sebagai miliknya". Biden juga mengatakan "ya, kami memiliki komitmen untuk melakukan itu".

Hal ini tentu mendapatkan tanggapan dari China karena Amerika Serikat yang mendukung pemecahan kedaulatan melalui membantu Taiwan. Dimana China mendesak Amerika Serikat dengan "untuk tidak mengirim sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan, untuk menghindari kerusakan serius pada hubungan China-AS dan perdamaian serta stabilitas di Selat Taiwan" melalui juru bicaranya yaitu Wang Wenbin.

China mengatakan Taiwan adalah masalah paling sensitif dan penting terlebih dalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan telah mengecam apa yang disebutnya "kolusi" antara Washington dan Taipei.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun