Dirimu, entah dari sisi mana lagi bisa kusentuh
Tiada lagi bisa kurasakan hangatnya nuansamu utuh
Seperti saat itu, saat di mana kita saling melampiaskan rindu
Saling melepas rasa yang telah bertumpuk menantikan temu
Kini asmara kita hanya seisi lamun yang teramat bisu
Jenuh mendamba-damba melirik jarum waktu
Seraya menghitung-hitung kilometer jarak yang jauh
Belum lama kita jadikan kilauan bintang sebagai rangkaian mimpi
Aku menyebutnya cita-cita, terang binarmu ketika kumenata sabda akan hal itu
Air matamu mengalir melewati manisnya pipi yang pernah kusentuh
Meski kasat kulihat haru perasaan milikmuÂ
Namun selalu bisa terbayangkan, dirimu menahan hasrat, berdebaran menanti tiba masa kita
Purnama yang pernah kutulis pada bait-bait puisi Â
Datang kini menaungi apa yang sedang kaubacaÂ
Di atas kepalamu terlihat banyaknya cahaya damai
Melantunkan bisik untukku, untuk tak melunturkan terangmu saat bicara
Melafalkan lembut tutur kata, usaha fasih kuberhati-hati berkata
Di bawah lentera bulan opinimu selalu kubingkai
Disaksikan siluet awan biru di bawah terangnya malam
Kuhantar pinta kepada Rabb setelah bumi kuciumi di pukul tiga
Tersambung ke nuansa harumnya pesona langit magenta
Fajar, seolah melukis kerinduan yang belum kita menangkan
Created By: Â Nahar
11 Juli, 2021
_______________________
#2_hari_tanpamu