Mohon tunggu...
Nahar Frakasiwi
Nahar Frakasiwi Mohon Tunggu... Lainnya - absorb the feeling, i learn to fly

Hanya pemuda yang mencari hiburan terkait karya sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sadari yang Terbendung Selain Air Mata

23 Juni 2021   13:42 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Saat buana biru kudapati
Tiada terhitung banyak puji dan puja
Saat belum usai kurasakan tingginya langit
Saat belum habis kuhayati lebarnya mega
Tiada sedetik hati sembunyi mengepal hasad
Meski tak pernah kulihat tiang ada telah menopangnya; menopang parameter gradasi lintang jagat raya

Bila perasangka lebih dahulu menghasut
Praduga insani tentu bisa memagut
Meski basah, aku memang tak pernah takut, sewaktu pradini dengan tebalnya kabut mendekap hangatnya kulit

Aku sadar bahwa nuansa janari terusir rona matahari, dan perlahan mengusir kenyamanan di lena rebah para makhluk yang sedang tertidur

Lidah tak bisa lagi berpura menjadi kelu; agar terbilang lupa bahwa pernah merasakan pahitnya masa lalu

Mata tak lagi berpura menjadi buta; agar terbilang lupa bahwa pernah memandang parade putih dan halusnya tubuh parade pengobral dosa

Kendati netra tiba memanah
Kendatipun lidah lebih perasa
Mungkin aku masih tidak lagi mengenali wajah dengan waras
Sebab tidak lagi pandai merekap segala keberadaan halusnya rasa

Aku pulang dari petualangan mimpi tadi malam
Gerimis tahu aku mudah untuk menangis
Membangunkan hati untuk menghayati dosa yang tenggelam  

Tetiba niat tidak lagi dapat bersembunyi
Tetiba jantung berdenyut sadarkan apa yang telah terbendung
Terbungkam terlalu lama, aku tidak ingin
Kuinginkan meneguk khamar di darul muttaqin

Andai kata kumiliki sebuah tabung dosa
Andai kata kumiliki gudang-gudang kesalahan
Andai kata, dimensi khusus kumiliki untuk menampung banyaknya noda
Entah, apa jadinya jiwa
Bilamana dosa selalu kuanggap lumrah
Entah, apa jadinya wajah
Bilamana dosa selalu kuanggap bukan hantu yang menakuti aku di masa depan

Tanggerang, 22 Juni 2021
____________________________

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun