Kepada lebar bentang putih layar beranda
Bukanlah kumaksud sebuah ruang beratap tengah terbuka
Hanya selembar alas luas wadah aksara
Tempat huruf dan angka saling mengikat menjadi rasa
Tempat massa mata singgah, duduk dan membaca unsur bahasa
Tempat hati mengaplikasikan sebuah rasa, bukan tempat mempropagandakan ego upaya agar terkonsumsi semua usia
Kembali pada layar beranda
Dari sana, aku melihat media tulis layar kaca
Aku mencoba menatanya, mulai menoreh tentang sebuah kisah
Tentang apa yang telah kamu dan aku muat pada ahad harinya
Tentang realita kita di bawah peraduan mega dan udara; adalah langit yang saat itu tengah membawa nuansa senja Â
Potret terindah pada momentum terang kita punya
Tanpa lagi ada petir yang tiba-tiba marah
Tiada juga cuaca murung yang membawakan mimik tak ramah
Juga tiada situasi hadir, untuk tidak mendukung intuisi kita
Kuteringat pada rona pipimu, terusap oleh hari yang penuh warna
Saat itu, jejeran kata kita bagi di atas dua roda
Nada-nada asmara mulai menggoda dengan istilahnya
Kita terpaksa kuyup akhirnya dan basah tertimpa cinta
Berusaha mencari tepi demi tak jatuh di gelap yang sedang tertawa
Tidak tinggi kauberi aku sebuah esai saat hening mulai menghiasi narasi kita
Atau bertanya tentang jalan dan arah mana kaki harus kujelajah
Aku mengerti, naluri kita memang tidak pernah berbeda; tetap satu fikir pada cita-cita yang masih sama
Adalah tetap menuju terang, berpulang mengharap jannatul ma'awa
Created By : Â Nahar
Tanggerang, 20 Juni 2021
_____________________________