Sepanjang durasi waktu menghadap belantara malam tengah terbukaÂ
Hanya kantuk yang menyerang datang bertubi, meleleh kepada titik lemah dari sepasang katup mataÂ
Padahal, belum keluar kulihat bintangÂ
Juga riangnya lilin di cahaya padamÂ
Telah menoleh pucuk cemara yang tertidurÂ
Dengan sepejam mata burung-burung di dahannya yang sebegitu lena mendengkur
Â
Aku menulis nuansa kalian tengah malam
Dengan nuansa hati lelah yang belum matang
Dengan masih melukis peran dengan khayalan
Mengetik malas menyambung klausa
Dengan secangkir kopi di redup mata
Sisaan kemarin masih harus terkepal malam ini
Sebelum melepas secarik pesan ke langit besok pagi
Pernah kurangkai sarana spesial
Namun jatuh terbiar di latar yang rimba
Lama dengan halusinasi tergeletak
Betah akhirnya pada naungan awan
Semak belukar duri hibrida melati
Tumbuh menjaga batas sepanjang jalan
Adalah sederet rasa lelah yang bertelungkup
Yang nian subur bertiarap dengan hujan
Kesalahan yang pernah ada merindang
Dengan fantasi telah aku bakar setiap inci
Kujadikan pupuk dari hitamnya arang
Seketika terhantam lembut angin mengecil
Dijadikannya sebutir debu yang bercerita
Tanggerang, 18 Desember Â
___________________________________