Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Hari Pertama Sekolah, Mengapa Perlu Didampingi?

30 Agustus 2016   21:48 Diperbarui: 15 Juli 2018   10:14 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dok. Pribadi

Tulisan ini sebenarnya saya persiapkan sejak ada himbauan dari Pak Anies Baswedan untuk mengantarkan anak pada hari pertama masuk sekolah. Tapi karena ada agenda kegiatan lainnya, jadinya telat tayang. Keburu menterinya diganti.. hehe.. (Saya termasuk yang ikut menyayangkan pergantian Pak Anies, tapi saya maklum karena mungkin karakter baik saja tidak cukup untuk melakukan perombakan total dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya). Sebagian tulisan pernah saya posting di wall FB saya menjelang hari pertama masuk sekolah. Bedanya tulisan di sini agak beda lebih lengkap... begitu... 

Sejak anak-anak masih kecil, masuk sekolah pertama selalu merupakan momen menarik. Sesibuk apapun, saya berusaha mengantarkan mereka masuk sekolah hari pertama. Pra TK, TK, SD, SMP, dan SMA, bahkan kalau perlu nanti waktu masuk PT. Berlebihan? Hmm.. Bisa ya, bisa tidak. 

Waktu Pra TK, TK dan SD, saya menunggu hingga mereka masuk kelas. Memberikan kata-kata semangat disertai janji, "Mama tunggu di sini sampe kamu pulang". Waktu SMP, hanya cukup mengantarkan di sekolah, disertai kata-kata motivasi. 

Tidak perlu menunggu karena permintaan, "Mama pulang aja, aku sudah besar". Saat SMA, beda lagi. "Udah Mama pulang aja, ada temenku kok", padahal Mamanya belum juga turun dari mobil lho..  Baiklah... 

Masa Transisi Kehidupan

Masa masuk sekolah pertama adalah bagian dari transisi kehidupan. Dalam kehidupan ini, ada beberapa peristiwa yang merupakan transisi, misalnya : menikah, menjadi orangtua pertama kali, mulai bekerja, pensiun, hidup setelah anggota keluarga meninggal dan sebagainya. 

Masa transisi adalah perubahan dari suatu kondisi ke kondisi lainnya yang membutuhkan kemampuan individu untuk beradaptasi pada kondisi baru agar tercapai kualitas hidup lebih baik (horeee... saya bisa bikin kalimat panjang nggak pake koma...). 

Dalam masa transisi dari jenjang pendidikan sebelumnya ke jenjang pendidikan selainjutnya, anak perlu didampingi oleh orangtua/keluarganya. Mereka perlu tahu bahwa mereka tidak sendirian menghadapi masa transisi itu. Perubahan kondisi lingkungan fisik (sekolah baru, teman baru, pelajaran baru) yang akan berimbas pada konsekuensi psikologis dan sosial akan dijalani anak dengan baik bila ia tahu kita ada untuknya. 

Perubahan kondisi kehidupan ini berpotensi memunculkan konflik pada individu yang bersangkutan. Pada anak-anak lebih kecil, konflik tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Melalui perilakunya, orang dewasa memahami bahwa mereka sedang punya masalah. Mana pernah ada anak usia 5 tahun yang ngomong ke ibunya begini, "Mama, aku ini mengalami tekanan psikis kalau berada dalam ruangan yang baru. Jadi, jangan paksa aku masuk sekolah karena paksaan itu bikin aku makin cemas!". Coba bayangkan kalau ada yang bisa ngomong begitu.. Apa nggak kena serangan jantung tuh si ibunya... 

Dalam tiap masa transisi kehidupan, seseorang memerlukan orang lain untuk mendukungnya. Dukungan itu bermacam-macam bentuknya; hanya diam saja sambil tersenyum pun bisa jadi bentuk dukungan berharga, disesuaikan dengan kondisi dan jenis transisi kehidupan yang dijalani. Salah satu bentuk dukungan terhadap anak agar siap menghadapi masa transisi itu adalah memberikan bekal ketrampilan sosial dan hadir ketika mereka memasuki gerbang sekolahnya. 

Anak-anak tidak tiba-tiba pandai bergaul. Tidak otomatis tahu bagaimana caranya beradaptasi dengan lingkungan baru. Orangtua perlu mengajarkannya. Bahkan kalimat sederhana seperti "Bilang haloo dengan teman barumu", perlu diajarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun