Mohon tunggu...
Nafisatul Hasanah
Nafisatul Hasanah Mohon Tunggu... Dosen - A Vounteer and Travel Addict!

YOUTUBE Channel : Navy Nafi - Our background and circumtances may have influenced who we are, but we are responsible for who we become.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Youtuber (Content Creator) Vs Dosen

26 Desember 2020   15:25 Diperbarui: 26 Desember 2020   15:32 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir-akhir ini tepatny 3 bulan yang lalu saya mulai mengunggah video di Youtube, awalnya dikarenakan platform satu ini sedang booming sehingga melahirkan banyak pekerjaan yang sebelumnya tidak ada di dunia ini termasuk yang kita sebut ata kenal sebagai Youtuber.

Sejujurnya saya lebih suka disebut content creator, hahha. Tidak tahu kenapa rasanya content creator lebih bermakna walaupun dua-duanya sama-sama baik. Mengunggah video di Youtube yang awalnya mau seru-seruan saja yang mungkin bisa menghibur orang menonton sampai akhirnya idealisme saya tergugah, setidaknya harus ada manfaat yang didapatkan/pengalaman yang dibagikan dalam video tersebut. Sehingga video-video terakhir lebih banyak memperkenalkan mengenai banyak hal.

Namun ada hal yang mengganjal setiap kali membuat dan mengunggah video yaitu korelasi antara profesi akademis saya yaitu seorang Dosen disalah satu Universitas swasta dan Content Creator. Mengapa? yah, karena saya bilang tadi ada orang-orang disekitar yang berkata bahwa Youtuber/Content Creator ini tidak ada bermanfaat atau lebih teptnya mereka meremehkan bahwa setiap video yang diupload di youtube jika tidak ada banyak viewer/tidak banyak subscriber itu tidak bagus/tidak menarik. Well saya tidak paham dengan pemikiran orang-orang itu, mereka mengatakan menjadi youtuber/content creator ini sangat mudah jadi jika kalian malas belajar sebaiknya jadi youtuber? (Ini hal yang membuat saya beberapa bulan terakhir sangat ingin bersuara). 

Apakah segitu tidak penting dan dianggap negatifnya youtuber/content creator pemula? Mereka yang berkata bahwa hal ini tidak bermanfaat justru masih membuka youtube setiap hari dan bahkan ada yang mulai membuat konten. Oke, people change maybe makanya mereka buat konten juga. Seharusnya mereka sadar bahwa tidak ada permulaan yang gampang, sehingga mereka tidak meremehkan youtuber/content creator pemula apalagi jika dunia kreatif mereka anggap tidak pantas dilakukan oleh profesi akademisi yaitu seorang dosen. 

Kita masuk pada intinya. Orang-orang ini tidak paham dimana proses dalam menghasilkan sebuah video yang diupload ke platform tersebut juga membutuhkan kegigihan sama seperti belajar shooting video, editing, dan seterusnya sehingga video ini layak untuk ditonton. Kata-kata jika ada yang tidak mau belajar silahkan jadi youtuber/content creator atau kenapa dosen menjadi youtuber/content creator  yang dianggap negatif mungkin pemikirna mereka semua konten yang ada di platform tersebut hanyalah hal sepele seharusnya mereka pikirkan kembali. Siapapun didunia ini berhak memiliki profesi yang bertolak belakang sekalipun karena tidak ada batasan yang boleh jadi dokter hanya anak dokter ataupun yang boleh jadi pengusahan hanya anak pengusahakan? 

Justru di dunia yang semakin diverse ini kita dituntut untuk menghargai perbedaan dalam hal apapun tersebut, mengapa masih ada orang yang berpikiran sempit dan tidak menghargai effort orang lain. Segitu saja hari ini tulisan saya, semoga ada manfaatnya dan membuka wawasan kita.

Bagi teman-teman yang mau berkomtar silahkan dibawah ini ya, sekian tulisan saya kali ini yang sedikit berbeda dari tema biasanya.

Happy Holiday!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun