Dengan berkembangnya kekuatan negara-negara di dunia saat ini, seperti China dan India, serta image negatif yang tertanam terhadap budaya Exceptionalism Amerika, pengaruh Amerika di kancah internasional juga semakin menurun.
Kesimpulan
Masyarakat internasional yang selama ini mengakui—atau setidaknya dipaksa untuk mengakui—keyakinan “American Exceptionalism” yaitu kepercayaan bahwa AS adalah sebuah negara yang ditakdirkan menjadi penggerak kemajuan peradaban dunia lewat liberalisme dan demokrasi sudah seharusnya mempertanyakan relevansi dari narasi tersebut.
Hal ini tidak luput dari berbagai insiden yang menunjukkan adanya degradasi dan kemerosotan dalam performa dan mekanisme penyelesaian konflik AS baik di dalam negeri, maupun kemerosotan yang berimplikasi pada pengambilan keputusan dalam sengketa internasional, seperti misalnya tindakan unilateral yang menyebabkan AS keluar dari kerja sama internasional. Dengan berbagai situasi di atas, cita-cita AS yang diusung lewat American Exceptionalism sedang memasuki fase kritis.
Di saat negara lain mulai aktf, ruang gerak Amerika pasti akan tereduksi. Bisakah Amerika Serikat mengakomodasi dirinya sendiri terhadap kebangkitan kekuatan negara-negara lain?
Satu-satunya jalan terbaik bagi Amerika adalah dengan menciptakan koalisi internasional. Dan itu akan menjadi mungkin jika Washington dapat menunjukkan kesediaannya untuk mengizinkan negara-negara lain menjadi pemangku kepentingan dalam ranah global.
alam tatanan internasional saat ini, kemajuan berarti kompromi. Tidak ada negara yang akan mendapatkan porsi utuh dalam membuat keputusan dalam dialog internasional. Hal ini dilakukan dengan menerima pertumbuhan kekuatan dan pengaruh negara lain, begitupun dengan kepentingan dan perhatian yang menonjol.
Oleh: Silvi Nur Fadilla R., Inas Bilqis A., Nafisa Taradila, Gitasya Ananda M., dan Grace Melody