Mohon tunggu...
Nafisah
Nafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Teknologi Informasi dan Berita Hoax di Masyarakat

15 Juni 2021   14:30 Diperbarui: 15 Juni 2021   14:52 1668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka secara langsung, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Penelitian ini digunakan untuk membahas tentang perkembangan teknologi informasi dan berita hoax di masyarakat. Penelitian kualitatif kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan berdasarkan karya-karya tertulis, termasuk hasil penelitian yang sudah ataupun belum dipublikasikan.

Pembahasan

  1. Keterkaitan filsafat ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Filsafat ilmu pengetahuan adalah filsafat khusus yang membahas berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sebagai filsafat, filsafat ilmu pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai obyeknya secara rasional (kritis, logis, dan sistematis) menyeluruh dan mendasar. Filsafat ilmu mencoba memahami ilmu pengetahuan dengan pengetahuan dasar yang jelas, benar, dan lengkap agar dapat menemukan kerangka dan elemen utama secara mendasar, yang kiranya menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya.

Filsafat dan ilmu merupakan dua aspek yang saling berkaitan, baik secara substantial maupun historis karena lahirnya ilmu tidak lepas dari peran filsafat. Di sisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan telah memperkuat eksistensi filsafat. Ilmu semakin melimpah dan ada batasan antara ilmu satu dengan ilmu yang lainnya. Selain pertumbuhan yang pesat, ada rasa cemas yang bisa menghilangkan peran manusia yang diperbudak oleh teknologi di alam bawah sadar. Oleh karena itu, filsafat berusaha mengembalikan tujuan ilmu agar tidak menjadi boomerang bagi kehidupan manusia. Dan menekankan bahwa ilmu dan teknologi bukanlah tujuan. Ilmu bersifat pasteriori yaitu kesimpulan yang diambil adalah setelah melakukan pengujian secara berulang kali. Pada saat yang sama, filsafat bersifat apriori, yaitu kesimpulan dari data empiris yang dibutuhkan oleh ilmu. Filsafat adalah awal dari lahirnya ilmu, sehingga filsafat disebut ilmu utama. Filsafat ilmu adalah cabang khusus dari filsafat yang membicarakan tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Metode-metode ilmiah, sikap etis harus dikembangkan oleh para ilmuwan secara umum untuk mengetahui tujuan-tujuan sebagai berikut:

Pertama, filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmah, sehingga membuat orang menjadi lebih kritis terhadap kegiatan-kegiatan ilmiah. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang pengetahuan ilmunya sendiri, agar dapat meghindarkan diri dari sikap idealis, yang diasumsikan hanya sebagai sudut pandang yang paling benar.

  1. Kedua, filsafat ilmu adalah upaya untuk merefleksikan, menguji, dan mengkritik asumsi dan metode ilmiah. Di antara tren ilmuwan modern menggunakan suatu metode ilmiah tanpa mempertimbangkan struktur ilmu itu sendiri. Salah satu sikap yang dibutuhkan di sini adalah menggunakan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanyalah sarana untuk berpikir, bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
  2. Ketiga, filsafat ilmu memberikan dasar logis untuk metode keilmuan. Setiap metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggugjawabkan secara logis dan rasional, agar dapat dengan mudah dipahami dan digunakan secara luas. Semakin luas penerimaan dan metode ilmiahnya, maka akan semakin valid metode tersebut, pembahasan dalam hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
  3. Adapun keterkaitan antara filsafat ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan:
  4. Bagi seorang ilmuwan diperlukannya pengetahuan dasar yang memadai tentang ilmu, baik itu ilmu alam maupun ilmu sosial, agar para ilmuwan memiliki dasar yang kuat. Hal ini berarti ilmuwan sosial harus mempelajari ilmu pengetahuan alam secara garis besar, demikian juga seorang ahli ilmu pengetahuan alam perlu memahami dan mengetahui secara garis besar tentang ilmu-ilmu sosial. Sehingga antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya bisa saling menyapa dan jika memungkinkan bisa menjalin hubungan kerjasama yang baik untuk menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan secara harmonis.
  5. Menyadarkan para ilmuwan bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam pola berpikir “menara gading”, yaitu yang murni berpikir dalam bidangnya tanpa menghubungkannya dengan realitas di luar dirinya. Padahal masing-masing kegiatan ilmiah sulit dipisahkan dari lingkungan hidup sosial masyarakat.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa keterkaitan filsafat ilmu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sangat erat hubungannya dan bisa dikatakan tidak dapat terpisahkan.


2. Penyebaran hoax di dalam masyarakat

Hoax adalah kabar, informasi, berita palsu atau bohong. Sedangkan dalam KBBI hoax merupakan berita bohong atau tidak bersumber. Banyak hal yang melatar belakangi penyebarluasan berita palsu di masyarakat, baik hanya untuk membuat candaan, hingga menggiring opini pribadi terhadap suatu hal yang belum diketahui pasti kebenarannya. Hoax biasanya muncul di media sosial karena tidak ada filter untuk menyaring berita bohong yang membuat berita palsu bisa didapatkan dengan mudah, disebarluaskan dengan mudah, dan dibaca oleh banyak orang.

Kemajuan teknologi saat ini telah menjadi budaya kehidupan di dalam masyarakat Indonesia. Teknologi digunakan untuk mempermudah kebutuhan hidup manusia, salah satu contohnya adalah kebutuhan komunikasi. Dengan adanya ponsel bisa mempemudah komunikasi antar manusia dimana saja dan kapan saja. Di awal kehadirannya ponsel memang hanya digunakan untuk berkomunikasi saja, namun seiring dengan berkembangnya teknologi ponsel tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengakses semua jenis informasi melalui media sosial yang dapat dipergunakan di ponsel melalui jaringan internet.

Masyarakat yang dulu bersosialisasi dengan cara berkumpul, mengobrol, berbagi informasi dengan bertatap muka, saat ini seakan sudah berubah menjadi sosialisasi yang dilakukannya di media sosial. Semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang maju dan cepat maka akan semakin banyak media sosial mempengaruhi. Media sosial tidak hanya digunakan untuk saling menyapa dan menyampaikan berbagai pesan, gambar, vidio, dan lain sebagainya. Banyak orang dengan mudah dan bebas membuat dan mencari berbagai bentuk informasi, baik itu tentang kesehatan, politik, agama, budaya, dan ras yang muncul di media sosial dalam bentuk vidio, berita, gambar, dan lain sebagainya. Tidak bisa dipungkiri bahwa produksi berita bertujuan untuk mendapatkan royalti iklan yang terdapat dalam berita yang viral.

Ditelusuri dari berbagai sumber, ada beberapa macam isu hoax di antaranya terkait dengan agama, permasalahan sosial, politik, serta merk-merk ternama seperti minuman White Coffee yang mengandung babi, Sikat Gigi Oral B yang mengandung bulu babi, dan lain sebagainya. Dari beberapa contoh tersebut menunjukkan bahwa penyebaran informasi sangat cepat walaupun belum tentu terbukti kebenarannya. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 2018), jumlah pengguna internet di Indonrsia mencapai 171,2 juta orang atau 64,8% total populasi penduduk Indonesia. Namun, di sisi lain ada fakta yang mencengangkan, berdasarkan suvei yang dilakukan oleh UNESCO,  Indonesia menempati urutan kedua dari bawah soal literasi yang berarti minat baca sangat rendah. Padahal, dari segi penilaian infrastruktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara di Eropa. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih lemah dalam hal mengelola kebenaran informasi yang diterima.

Kemudahan dan kebebasan dalam mengeluarkan berita secara tidak langsung menyebabkan penyebaran berita hoax dalam rangka membuat opini publik. Ada banyak kepentingan yang melatarbelakangi pembuat berita hoax baik untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok yang melakukan penyebaran berita hoax untuk mendapatkan royalti dengan cara menyerang atau memfitnah seseorang atau kelompok atau mengklaim suatu kelompok tertentu adalah yang paling unggul di antara kelompok yang lainnya. Di dalam penyebaran berita informasi ada dua elemen utama, yang pertama pembuat dan penerima dan yang kedua media yang digunakan untuk menyebarkan dan menerima. Tanpa manusia, media tidak bisa beroperasi sendiri, jadi dari sudut pandang analisis manusia adalah dasar atas adanya hoax. Oleh sebab itu, berita hoax harus ditanggulangi oleh manusia itu sendiri.


3. Filsafat, manusia, dan kebenaran

Manusia adalah makhluk yang berpikir secara terus menerus, dengan kemampuan berpikir inilah manusia mendapat jawaban yang logis. Proses berfilsafat adalah proses berpikir, tetapi tidak semua proses berpikir adalah proses berfilsafat. Berfilsafat adalah proses berpikir yang radikal, logis, universal, konseptual, koheren, konsisten, sistematis, komprehensif, kritis, bebas, bertanggung jawab, dan bijaksana. Filsafat bertujuan untuk memperoleh kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang dilihat dari berbagai sudut pandang dan akan selalu benar dalam sepanjang masa.

Filsafat membantu manusia dalam mencari kebenaran dari semua fenomena yang ada, memberikan pemahaman tentang cara hidup, pandangan tentang hidup, dan pandangan tentang dunia, memberikan ajaran tentang moralitas dan etika yang berguna dalam kehidupan untuk memahami diri sendiri dan dunia, mengembangkan kemampuan dalam nalar, dan memberikan aturan bekal untuk memperhatikan pandangan diri sendiri dan kritik orang lain dengan kritis. Fakta yang ada pada dalam diri manusia: manusia dapat berpikir dan bertanya, juga tentang dirinya sendiri.

Di dalam filsafat, manusia dikatakan dalam bentuk yang dinamis atau memiliki dinamika. Dinamika berasal dari kata Yunani yang artinya dapat mampu. Dari kata ini dibentuk kata dinamit yang artinya kemampuan atau kekuatan. Maka dinyatakan bahwa dinamika manusia itu dinamis: tidak pernah berhenti dan selalu aktif. Keaktifan manusia bisa dilakukan secara sadar dan tidak sadar, karena manusia memiliki rohani dan jasmani yang tidak dapat dipisahkan. Dalam kesadaran, kita selalu aktif, jadi dinamika kita aktif secara aktual. Kita harus terus menerus menangkap, baik itu dengan indera ataupun dengan pikiran. Begitu pula kita yang selalu menghendaki, selalu menerima ini dan itu.

Manusia berdidi sendiri dengan pendirian dan sikap. Agar manusia bisa merumuskan sikapnya dan dapat mengalisis pendiriannya. Dengan demikian kasus hoax dapat menentukan tanggapan mereka terhadap berita palsu dengan tidak langsung mempercayainya, dalam hal ini masyarakat yang awalnya hanya menerima informasi, harus mulai bersikap kritis terhadap berita yang diterimanya serta membentuk pendirian yang tidak mudah percaya terhadap hal yang belum diketahui dengan pasti kebenarannya. Baik itu mengenai sumber informasi, maksud dari informasi yang disebarkan untuk kepentingan kelompok atau individu lain, maupun aib seseorang ataupun kelompok lain. Seharusnya masyarakat tidak mudah menerima informasi berdasarkan ras, etnis, atau agama, yang membuat masyarakat tersebut langsung menerima informasi dengan mentah tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Dalam berfilsafat manusia selalu memikirkan kebenaran, kebenaran dapat dicari menggunakan akal, maka gunakanlah akal sehat dalam membuat kerangka berpikir untuk menyatakan suatu berita yang benar ataupun salah, sehingga sikap yang akan diambil bisa menarik kesimpulan benar atau salah mengenai berita tersebut.

Pernyataan tentang kebenaran telah menjadi masalah yang diperdebatkan karena kita telah berpindah dari “teknologi keras” di zaman modern ke “teknologi lunak” di zaman postmodern. Sementara teknologi komunikasi yang sebelumnya mempertahankan perbedaan yang jelas antara ruang pribadi dan sosial. Saat ini teknologi hampir menghapus jarak antara pribadi dan publik, serta nyata dan virtual. Saat ini, momen pribadi atau privasi pun bisa menjadi tontonan publik akibat kehadiran sosial media. Karena tidak ada pihak yang menjaga atau otoritas untuk membedakan antara mana yang palsu dan mana yang nyata. Kecepatan berita dan informasi menumpulkan kapasitas reflektif manusia dan menguranginya sebagai konsumen yang pasif akan informasi.

Pengertian rasional tentang kebenaran ditemukan dalam teori filsafat Kant. Filsafat Kant datang sebagai tanggapan atas skeptisisme Hume. Skeptisisme menyangkal fondasionalisme apapun. Karena pengetahuan manusia yang didasarkan pada input sensorik, maka itu tidak bisa menjadi akhir dalam pengetahuan manusia. Filsafat skeptis Hume menantang kepastian dan universalitas pengetahuan ilmiah. Pengetahuan kita muncul dari dua sumber dasar pikiran. Yang pertama adalah kapasitas menerima representasi, yang kedua adalah kekuatan mengetahui suatu objek melalui representasi.

Suatu kebenaran tidak mungkin terjadi tanpa adanya standar prosedur yang harus dilalui. Standar prosedur harus dilalui dengan melalui langkah-langkah, kegiatan pokok, dan cara-cara bertindak untuk memperoleh pengetahuan ilmiah, hingga hasilnya bisa diwujudkan sebagai hasil karya ilmiah. Pada awalnya, setiap ilmu diperlukan untuk menentukan atau membuat batasan tentang obyek yang akan menjadi sasaran pokok dalam kegiatan; obyek tersebut bisa berupa hal konkret atau abstrak. Bertumpu pada obyek tersebut, kegiatan ilmiah berusaha mendapatkan jawaban atas penjelasan tentang masalah yang telah dirumuskan. Jawaban tersebut tentu saja berkaitan dengan obyek yang menjadi tema utama dalam kegiatan ilmiah. Sehingga jawaban kebenaran dari hasil kegiatan ilmiah bersifat obyektif, karena didukung oleh fakta-fakta berupa kenyataan dalam keadaan obyektivanya. Kenyataan yang dimaksud di sini adalah kenyataan yang berupa referensi, atau sebenarnya kenyataan ini pada awalnya merupakan obyek dari kegiatan ilmiah. Dengan demikian, suatu konsep, suatu teori, jika memiliki sifat yang relevan (korespondensi) dengan fakta-fakta yang merupakan subyek dari kegiatan ilmiah yang dilakukan.

Untuk mengetahui apakah informasi yang diterima adalah benar atau tidak maka diperlukan adanya uji hipotesis. Secara induktif, perlu ditemukannya fakta-fakta yang relevan untuk mendukung hipotesis ini. Jika ternyata hipotesis memiliki korespondensi dengan fakta yang relevan dengan informasi yang diterima, maka hipotesis tersebut benar, sedangkan jika sebaliknya maka tentu saja salah.


Kesimpulan

            Perkembangan teknologi informasi berkembang dengan pesat. semakin pesat seharusnya bisa membuat kita mengambil banyak manfaat. Karena dalam membuat, mendapat, dan menyebarkan informasi sangatlah mudah dan cepat. Akses untuk mendapatkan segala informasi yang kita inginkan pun sangatlah mudah.

            Hoax adalah upaya untuk menipu atau mengakali penerimaan informasi, sehingga akan menggiring suatu opini tertentu yang membuat orang akan mempercayainya. Hoax muncul seiring dengan perkembangan  teknologi, pengetahuan serta mudahnya mengakses sesuatu dengan cepat. Saat ini, jumlah pengguna internet semakin meningkat dan dengan mudahnya mengakses informasi menjadikan berita hoax semakin mudah tersebar.

Kerterkaitan filsafat ilmu terhadap pengetahuan dan perkembangan teknologi sebagai sarana pengujian penalaran manusia menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi, dan metode keilmuwan. Menerapkan metode ilmiah sesuai dengan struktur keilmuwan agar memahami hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri dan memberikan dasar logis terhadap metode keilmuan.

            Filsafat merupakan upaya untuk mencari suatu kebenaran melalui pola berpikir yang sistematis. Tidak mudah untuk percaya terhadap suatu hal yang belum tententu kebenarannya termasuk informasi yang disebarluaskan di media, tetapi harus senantiasa untuk berpikir kritis serta membangun sebuah pertanyaan apakah suatu informasi itu benar atau salah, apakah ada pernyataan yang provokatif atau terdapat fitnah di dalamnya. Sehingga kita dapat menentukan sikap untuk menanggapi informasi yang diperoleh dan membentuk suatu pendirian untuk selalu menyebarkan kebaikan dan kebenaran bukan keburukan dan kebohongan atau kepalsuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun