Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hidangan di Akhir Tahun

31 Desember 2018   16:42 Diperbarui: 31 Desember 2018   17:10 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Stocknap. Io

Ayahnya membantu ibunya yang sudah cukup banyak pesanan setiap hari.
Sejak bermain bersama Hamdi, Deni menjadi sering pergi ke musholla maupun masjid terdekat dan mengikuti pengajian. Deni menjadi salah satu santri yang giat saat itu, semua teman-temannya senang dengannya. 

Meskipun kadang bicaranya sedikit ngelantur dan seringkali bicara keras, kesemua itu karena masa lalunya dan ia masih berbeda dengan kawan lainnya dalam menelaah pelajaran. Meskipun seperti itu, ia tidak pernah menolak perintah gurunya.  

Keakraban bersama Hamdi membuat ia merasa berharga dalam hidupnya. Dengan mengenal lebih dalam tentang agama bersama kawan karibnya itu ia juga lebih banyak mengenal kehidupan. Hari-harinya selalu dipenuhi tawa dan canda. 

Di sudut kampungnya terdapat seorang anak yang cukup mampu , meski orang tuanya hanya tinggal di rumah sederhana. Namun orang tuanya selalu punya dinas ke luar kota , bahkan sesekali waktu pergi ke luar negeri. Dia adalah Ferdi, anak yang hidup seperti kesepian meski sudah bergelimang harta ia miliki di rumahnya.

Ketika sudah memasuki kelas akhir SMP, dia sudah ogah-ogahan masuk sekolah. Ia sering main keluar bersama teman-temannya, kadang tengah malam hingga subuh baru pulang. 

Di rumahnya memang sepi, hanya ada pembantunya beserta neneknya yang sudah renta dan seringkali sakit-sakitan. Meski sudah renta, terkadang ia mencari kemana cucunya itu pergi jikalau masih kuat untuk berjalan sendirian, kadang pula dengan pembantunya. Sampai -- sampai suatu saat pingsan di Musholla , orang-orang kampung membawanya pulang ketika rumah masih sepi , pembantunya masih belum kembali ke rumahnya.

Begitulah hari-hari Ferdi, seperti kesepian dan jarang sekali di rumah. Menjelang , kelulusan sekolah, ia tetap seperti itu. Setelah pengumuman kelulusan, ia tak pulang ke rumahnya. Waktu itu ayah dan ibunya yang sudah berdinas di luar kota lamanya, pulang dengan mencari --cari anaknya ingin mengetahui kabar kelulusan anaknya itu. 

Waktu sore hampir menjelang petang, motor Ferdi mogok dan bertemu Hamdi dan Deni di depan musholla setelah selesai mengaji. Deni hanya bisa menatapnya tidak tahu apa-apa. Hamdi menyapanya dan  menanyakan mengapa motornya tidak bisa berjalan.


Hamdi kemudian mempersilahkan istirahat dan memanggilkan tetangganya yang kebetulan bisa memperbaiki motor. Ferdi lalu duduk bersama Deni. Deni hanya berbicara sekenanya dan sesekali melempar tersenyum, Ferdi paham bahwa Deni tidak terlalu nyambung dengan obrolannya itu. 

Setelah beberapa menit kemudian motornya bisa berjalan lagi, Ferdi pun bisa pulang dan berjanji akan kembali untuk membayar ongkos perbaikannya itu lalu meninggalkan dua sekawan itu.
 
Memasuki tahun ajaran baru, keluarga Deni masih belum bisa menyekolahkan Deni , mengingat ayahnya hanya baru beberapa minggu bekerja ke luar rumah dan ibunya masih belum cukup mengumpulkan uang sedangkan kakaknya Disa sudah memasuki tingkat akhir SMA nya dengan beasiswanya. Dia berharap masih bisa meneruskan pendidikannya apabila masih ada peluang, kalau tidak ya bekerja sambil membantu orang tua serta adiknya sekolah. 

Deni sebenarnya menginginkan masuk sekolah kembali, namun melihat orang tuanya tersebut tidak mampu membiayainya, maka tetap ia belajar di rumah bersama Hamdi dan kakaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun