Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seuntai Bunga Pucuk Merah

9 April 2018   08:00 Diperbarui: 9 April 2018   09:05 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi yang cerah dibukalah jendela oleh Romi, terasa sejuk benar hari itu. Selain menghirup udara yang membuat sejuk, ada suatu pemandangan yang membuatnya merasa segar. Hal itu adalah bunga peliharaanya , setiap pagi ia sirami tak terkecuali bunga pucuk merah yang kata orang adalah keramat. Padahal biasa saja , tidak ada yang istimewa menurutnya.

Malahan keramat yang pas menurutnya adalah pohon yang besar lebat yang mampu meneduhkan orng-orang bertahun-tahun , karena keramat dari kata karomah artinya mulya. Mereka menjadi mulya karena meneduhkan banyak orang dibawahnya. Bukan untuk disembah, karena pohon juga mampu tumbang dengan angin yang besar. Bahkan beberapa bulan lalu pohon besar disamping rumahnya hampir tumbang, karena hujan dan angin yang besar. Hampir saja menutupi jalan, akan tetapi hanya beberapa daunnya yang berjatuhan.

Konon kata orang setelah Romi menemukan bibit bunga pucuk merah, hidupnya semakin baik dan usaha dagang sayur ayahnya semakin maju. Akan tetapi Romi bersikeras bahwa pendapat itu salah, semua itu berkat usaha dan do`a. Hingga suatu hari ada seseorang yang iri dengan keberhasilannya. Ia adalah kawan sekelas SMAnya dulu Reno, ia ikut-ikutan memelihara bunga pucuk merah. Meski hasil akhirnya tidak sama dengan kepunyaan Roni, ia mengklaim bunga itu dapat menambah penghasilan rumah tangga.

Orang-orang pun percaya karena terlanjur yakin bahwa memelihara bunga pucuk merah dapat menambah penghasilan rumah tangga. Berita itu tersebar luas, budidaya Reno sukses. Akan tetapi ia menyebar berita palsu. Mendengar hal itu, Romi beberapa kali memberitahukan orang-orang bahwa hal itu mustahil. Akan tetapi, mereka tetap tak menggubris pembicaraannya. Sebagian orang memang berhasil menambah pundi-pundi keuangannya, karena usaha mereka memang sedang bagusnya. Namun, sebagian besar tidak, mereka protes dan meminta uangnya kembali. Malahan, ada yang mengambilnya secara paksa uang mereka . Sebagian pun membiarkan bunganya begitu saja dan layu.

Berita palsu seperti itu tidak menggoyahkan keyakinan dia untuk terus menanam bunga , apalagi ia seringkali juga menanam buah-buahan agar bisa dinikmati hasilnya. Sewaktu pulang kuliah ia sempatkan melihat kebun buah-buahan itu , tak lupa jua bunga pucuk merah di depan rumahnya yang masih riangnya ia pandangi. Menjelang sore, sekumpulan orang sedang berbisik-bisik sedang merencanakan sesuatu.

Senja sudah datang dan pemandangan mulai gelap. Romi kemudian berangkat pergi ada janji dengan kawannya yang rumahnya lumayan jauh, sedangkan kedua orang tuanya sedang menghadiri pertemuan keluarga. Melihat rumah kosong, tidak ada orang dirumah. Sekelompok orang bertopeng membawa senjata tajam dan merusak tanaman di depan rumah , tak terkecuali bunga pucuk merah. Mereka membobol rumah dan mengambil beberapa uang yang lumayan banyak dari rumah Romi dan segera pergi. Selang beberapa jam, Romi pulang dan melihat rumah sudah dikerumuni banyak orang. Mereka merasa kasihan kepada Romi yang ditinggal pergi orang tuanya. Romi bingung dan menanyakan sesuatu.

"Ini ada apa ya pak, kok rame?"

" Rumahmu dibobol maling kayaknya Romi"

" Iya , bahkan tanamanmu juga ", tambah tetangga lain.

" Sampai tanaman keramat itu juga yang dirusak"

" Pak, bu, itu hanya tanaman biasa tidak ada yang istimewa"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun