Mohon tunggu...
Nafanti
Nafanti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa yang mencoba berbagi ilmu pengetahuannya ke seluruh masyarakat dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Pengasuhan Orangtua Kepada Anak

23 Oktober 2019   09:09 Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:29 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pola pengasuhan demokratis berdasarkan hasil penelitian bahwa orang tua yang menerapkan pola tersebut berlatar pendidikan D3, S1, S2, dan pendidikan SMA. Orang tua dengan pola pengasuhan demokratis memiliki kasih saying tinggi dan control diri, orang tua memberikan dorongan dan menghargai tingkah laku anak, mendorong anak untuk berpendapat, dan memberikan peraturan yang jelas sesuai kesepakatan bersama. Perilaku anak yang muncul dari pola pengasuhan demokratis, yaitu mandiri, sering bergembira, berorientasi pada prestasi, mampu berhubungan baik dengan sebaya, dan dapat menangani stress dengan baik.[6]

 Orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan otoriter sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan tidak tamat SD, SD, dan SMP. Orang tua yang menggunakan pola pengasuhan otoriter lebih sedikit dibandingkan dengan orang tua yang menggunakan pola asuh demokratis dan permisif. Orang tua dengan pola pengasuhan otoriter memiliki control tinggi tetapi kasih saying rendah, orang tua berorientasi pada hukuman fisik atau verbal, dan orang tua memberikan peraturan serta menuntut anak untuk patuh. Dampak dari pola pengasuhan otoriter bagi perilaku anak, yaitu anak tidak sering bahagia, takut, ingin membandingkan dirinya dirinya dengan orang lain, dan memiliki komunikasi yang lemah.[7]

Orang tua yang menggunakan pola pengasuhan permisif sebagian besar berlatar belakang pendidikan tidak tamat SD, SD, SMP, dan hanya beberapa orang tua dari latar belakang SMA yang menggunakan pola pengasuhan permisif. Orang tua dengan pola pengasuhan permisif memiliki kasih sayang tinggi tetapi kontrol rendah, orang tua memberikan kebebasan tanpa batasan dan aturan kepada anak, orang tua tidak memberikan hukuman atas kesalahan yang anak lakukan. Dampak pengasuhan ini yaitu agresif, tidak patuh kepada orang tua, kurang mandiri, anak belum matang, tidak memiliki kontrol diri dan tidak suka bereksplorasi.[8]

 

Pernyataan diatas merupakan hasil dari penelitian disebuah daerah, keterbatasan variasi responden juga menjadi kendala bagi peneliti. Harapannya hasil penelitian tersebut dapat memberikan referensi bagaimana pola pengasuhan orang tua kepada anak usia dini  pada umumnya. Selain beberapa pola pengasuhan yang diterangkan peneliti, ada hal yang perlu dihindari ketika penerapan pola asuh agar si kecil berkarakter baik. Yang penulis kutip dari akun blok terpercaya.

 

Pertama, Pola asuh membandingkan si kecil; seperti namanya, pada tipe ini Ayah dan Bunda seringkali membandingkan satu anak dengan yang lain. Dampaknya, anak yang kurang berprestasi akan tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri. Kedua, Pola asuh otoriter; gaya asuh ini bersifat mengekang dengan mengharuskan si kecil untuk mengikuti semua perintah tanpa kecuali. Tiap aturan biasanya dibuat tanpa didiskusikan dengan anggota keluarga lain. Ayah dan Bunda juga tidak mengizinkan anak-anak terlibat dalam penyelesaian masalah. Umumnya, gaya asuh ini menggunakan hukuman sebagai ganti kedisiplinan. Jadi fokusnya pad acara si kecil patuh pada aturan, bukan bagaimana ia mengambil pilihan yang terbaik. Anak yang dibesarkan dengan gaya asuh seperti ini cenderung tidak bias mengendalikan emosi, kurang percaya diri, pemalu, dan tidak mandiri. Ketiga, Pola asuh permisif; pola asuh berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter. Si kecil memiliki kuasa penuh dan sebagian besar keninginannya dipenuhu oleh Ayah dan Bunda. Pola asuh ini umumnya diterapkan karena Ayah dan Bunda menggap ini merupakan bentuk kasih saying. Padahal yang akan terjadi adalah si kecil cenderung terus menuntut haknya, egois, kurang sopan, dan sebagainya. Pernyataan kedua dan ketiga sependapat dengan hasil penelitian yang saya jabarkan diatas. [9]

 

Keempat, Pola asuh Ayah dan Bunda tidak sepaham; pada tipe ini Ayah dan Bunda memberikan serta menerapkan aturan yang berbeda-beda. Ini akan membuat si kecil bingung harus mengikuti aturan yang mana. Pada akhirnya, ia akan memihak salah satu orang tua yang selalu mengikuti keinginannya. Kelima, Pola asuh hadiah; apabila Ayah dan Bunda sering menggunakan hadiah yang bersifat materi atau mudah mengumbar janji ketika meminta si kecil berperilaku seperti yang diinginkan, maka akibatnya si kecil hanya akan berperilaku baik jika ada hal yang menguntungkannya. [10]

 

Sebaiknya sebelum menentukan dan menerapkan pola pengasuhan tertentu, orang tua mendiskusikan dahulu seperti apa hasil yang diinginkan. Penerapan lebih dari satu pola pengasuhan mungkin saja dilakukan agar fleksibel sesuai dengan situasi yang dihadapi. Pastinya, orang tua harus bisa menjalin hubungan yang positif  dengan buah hatinya agar ia tumbuh dan berkembang denga karakter yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun