"Ini lagi nunggu Papah jemput, tapi gajadi."
"Kamu belum pulang?, abis dari mana?"
"Ini mau pulang abis makan di kantin sama anak kelasan."
Waktu sudah menunjukan hampir pukul setengah lima sore, jika tidak ada agenda sampai malam di kampus Masjohn biasanya naik busway begitupun ketika pulang. Dia mengajak Kirana yang terlihat bingung dan ketakutan di wajahnya untuk naik busway. Sebenarnya Kirana tidak mau ia lebih memilih untuk naik taksi ketimbang naik busway dengan pikiran takut bertemu orang - orang di terminal berpenampilan preman dan anak - anak jalanan yang kumel dekil serta bau terasa menjijikan untuk Kirana tapi sepertinya hal itu terlalu berlebihan dari sudut pandang kemanusiaan.
Kirana pun akhirnya ikut dengan Masjohn untuk pulang naik busway, dengan janji akan memberikannya hadiah yang mungkin yang belum pernah Kirana dapatkan seumur hidupnya dan mengantarkannya sampai rumah. Seperti sepasang kekasih, tapi bukan kekasih, mungkin Masjohn memiliki rasa terhadap Kirana. Siapa yang tidak jatuh cinta?, dengan seorang Kirana gadis cantik bak rembulan malam yang disukai para lelaki di kelas.
Mereka berdua naik busway dari kampus mereka di Jakarta Pusat menuju rumah Kirana di Fatmawati duduk berdua berdampingan di kursi jajaran paling belakang .
"Mana John katanya kamu mau kasih aku hadiah?"
"Sebentar lagi aku kasih hadiahnya ke kamu Kir"
"Lama sekali aku ngantuk," sambil menguap dengan tutupan tangannya.
"Kamu tidur aja, nanti aku bangunin pas mau kasih hadiahnya."
Sudah hampir satu jam Kirana tertidur, sedangkan Masjohn asyik memotret wajah kota di sore yang cerah dan lelah. Waktu tepat jam setengah enam Masjohn memberikan hadiah yang ia janjikan pada Kirana.