Mohon tunggu...
Nadzifa Nisaul
Nadzifa Nisaul Mohon Tunggu... Full Time Blogger - InterRelation:)
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Humanize Humans:)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Al Amien Sang Diplomat Kekasih Allah

14 Oktober 2019   11:00 Diperbarui: 19 Oktober 2019   01:13 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rasulullah SAW yang dikenal dengan sosok yang penuh tanggung jawab dan penuh kepercayaan yang menjadikannya seorang panutan di zamannya hingga saat ini. 

Al-Amien gelar yang disandang Rasulullah, sosok yang memiliki sifat Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah, keempat sifat yang sudah terbungkus mewakilkan keseluruhan sifat terpuji sang kekasih Allah SWT ini.

Tidak hanya mahir dalam membawa kebenaran untuk umat islam, Rasulullah pun seorang negarawan yang menjadikan negaranya menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. 

Selain menjadi negarawan yang berhasil dalam masa kepemimpinannya, ia juga seorang hakim teradil, pedagang terjujur, pemimpin militer terhebat dan pejuang kemanusiaan tergigih. Itulah sosok yang hanya bisa kita simak melalui cerita-ceritanya yang menjadi panutan umat islam seluruh dunia, sosok yang kelak memberi air di telaga kautsar kepada ummatnya, sosok yang sangat mencintai ummatnya sampai Ia menghebuskan nafas terakhirnya.

Sejarah telah bercerita fakta tanpa adanya rekayasa segala sesuatu yang telah dilakukan Rasulullah, kontribusi-kontribusi beliau sejak diangkatnya menjadi Nabi dan sejak memimpin negara madinah, Ia telah menciptakan perdaban besar bagi umat islam dengan pencapaiannya terhadap bangunan filsafat politik dan praktik pemerintahannya dengan kecakapan sifat kepemimpinannya yang luar biasa.

Rasulullah SAW telah menyumbangkan ide-ide dan berkontribusi sejak belia Ia mampu menyelesaikan perselisihan di antara suku-suku Quraisy terkait dengan masalah pengembalian Hajar Aswad ke tempatnya semula. 

Di tengah perdebatan yang sangat tegang, Rasulullah sendiri yang berani mengambil keputusan dengan sangat cerdik untuk menyelesaikan situasi yang sangat mencekam itu. 

Beliau menghamparkan jubah di atas tanah dan meminta agar Hajar Aswad diletakkan ditengah-tengah jubah tersebut, kemudian beliau meminta masing-masing suku untuk memegang  ujung jubah itu dan meletakkan Hajar Aswad bersama-sama ke tempat semula. Sengketa yang berakhir perdamaiaan dengan ide cemerlang sang Al-amien. (Nidiya Zuraya : 2019)

Hubungan baik yang dilakukan Rasulullah dengan para sahabat, masyarakat bahkan dengan musuh-musuh yang telah melecehkan, menggunjing, bahkan melempari kotoran sekalipun sangat tidak diambil hati oleh Beliau, sifat sabar selalu menghiasi diri Rasulullah, sehingga kepercayaan orang-orang semakin bertambah dan bahkan banyak yang rela berkorban demia keselamatan beliau.

Dari banyaknya semua yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW salah satunya adalah perjanjian hudaibiyah salah satu diplomasi yang dilakukan antara masyarakat madinah dan makkah dengan perjanjian yang mereka buat. Berikut adalah isi dari perjanjian hudaibiyah:

Garis besar Perjanjian Hudaibiyah berisi: "Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad, diperbolehkan secara bebas. 

Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jika mengikuti Muhammad tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. 

Tahun ini Muhammad akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah, untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata saat memasuki Mekkah" (Afzal Iqbal : 2000)

Dari perjanjian ini dapat dilihat bahwasanya Rasulullah lebih memilih berdiplomasi daripada berperang yang akan menimbulkan pertumpahan darah antara makkah dan madinah, dilihat dari hakikat perang dalam islam bahwasanya selagi masih bisa diambil dengan bermusyawarah dan kesepakatan-kesepakatan ataupun perjanjian maka tidak harus untuk memulai peperangan, dan adanya perang apabila musuh memulai perang dan umat islam wajib untuk mempertahankan negaranya dan membela dirinya sebagai umat islam.

Dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, Rasulullah sangat bertanggung jawab demi mempertahankan negara dan ummat, merelakan waktunya dengan keluarga demi memperjuangkan agama islam untuk tetap menegakkan ajaran Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun