ANALISIS KRITIK NOVEL "SARIP TAMBAK OSO: KISAH-KASIH SEORANG IBU" KARYA DJAMIL SUHERMAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PRAGMATIK
PERNYATAAN PENDAPAT
- PENGENALAN KARYA
Pengarang buku Sarip Tambak-oso: kisah-kasih seorang ibu adalah seorang sastrawan bernama Djamil Suherman. Ia banyak menulis karya sastra keagamaan, terutama pada cerita pendek, di era 1960-an. Djamil lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, tanggal 24 April 1924 dan meninggal pada 1 Desember 1985 di Bandung. Dalam tulisannya ia memakai nama samaran DS, Djumala, Rahman Rahim, Al Qalam, Tintamas, Nitisusastro, Jaman, Al Amin, Mata Pena, Buah Tangan, dan Tandamata. Pada tahun 1967, Djamil memperoleh hadiah dari Pos dan Telekomunikasi dalam kategori cerpen "Dia Menemukan Dirinya Kembali", kategori drama radio "Sebuah Berita", dan "Generasi Baru" untuk kategori drama pentas. Pada tahun 1985, salah satu dari dua karya terakhirnya tertuang dalam novel "Sarip Tambak-Oso: Kisah-Kasih Seorang Ibu". Novel ini mengangkat tema nasionalis perlawanan rakyat terhadap permainan kotor pejabat dan kompeni Belanda. Seorang karakter beraksi sebagai pencetus sekaligus ikon perjuangan tersebut, yakni tokoh legenda bernama Sarip. Kisah ini begitu terkenal di Jawa dan sering dipentaskan dalam pertunjukkan Ludruk, utamanya di sekitar Surabaya dan Sidoarjo.
SINOPSIS
Sarip adalah seorang pemuda yang lahir dan besar di desa Tambak-oso, Sidoarjo. Desa tersebut terhitung kawasan rakyat hidup sederhana yang setiap harinya bekerja manual dan suka berpesta. Sarip termasuk tipe perantau yang berhati tegar, berwatak keras, dan membenci ketidakadilan. Pihak berwenang bertindak sesuka hati demi kemakmuran pribadi, dan tak sedikit warga Tambak-oso terkena dampaknya. Sarip akhirnya memberontak dengan penuh dendam dan berjanji untuk membebaskan Desa Tambak-oso. Nyatanya, Sarip berani untuk mewujudkan mimpinya karena ia adalah petarung yang sangat handal. Bagi orang luar, ia adalah seorang pemuda tangguh bersenjatakan tinju dan belati mendiang ayahnya, namun ibu dan kakak Sarip mengetahui kebenaran asal-usul kekuatannya. Tidak peduli berapa banyak hantaman yang Sarip terima, ia akan sembuh seperti semula begitu mendengar suara ibunya, bahkan ketika kepala sudah terpisah dari tubuhnya. Sarip ditemani teman-teman pendekarnya, Katam dan Gopar, memimpin pemberontakan ini. Di telinga warga berbagai desa, namanya semakin marak sebagai simbol pemberontakan yang sakti, tetapi di kalangan tentara Belanda dicap sebagai buron nomor satu. Namun apa daya, usaha Belanda membungkam Sarip terus gagal hingga akhirnya Belanda kewalahan. Pada titik ini, Belanda mulai menggunakan politik dan memanipulasi kakak Sarip, Samin, seorang lelaki taat ibadah dan membenci kekerasan, untuk menyingkap tabir rahasia kekuatan Sarip beserta lokasinya, untuk kemudian menumpasnya. Pada akhir cerita, Sarip tewas bersama teman-teman seperjuangannya. Kepalanya dipenggal dan dibuang ke Kali Kedung, sedangkan badannya dicincang, dibakar, dan dihanyutkan di Kali Pepe. Kendati demikian, Sarip telah menyediakan lembaran baru bagi pemberontak berikutnya, beserta sejarah desa Tambak-oso dengan darahnya.
TEORI
Dalam sebuah kritik sastra, diperlukan sejumlah landasan teori yang membantu tingkat akurasi kritik tersebut. Menurut KBBI, kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik sastra memiliki beberapa jenis pendekatan, seperti mimetik, objektif, pragmatik, dan sebagainya. Tulisan kali ini akan memberikan uraian serta penilaian baik buruk melalui pendekatan pragmatik.Â
Pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang melihat karya sastra sebagai media untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan yang ada kaitannya dengan pendidikan, moral, politik, agama, ataupun tujuan yang lain (Angraini & Permana, 2019, hlm. 537). Maka dari itu, penulis dapat memberi hiburan sekaligus pesan yang dapat dipetik oleh pembaca. Pesan yang diberi juga bersifat edukatif sesuai prinsip penulis. Kritik pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasil tidaknya karya tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 1995, hlm. 96).
ISI
Di bagian ini akan dilakukan analisis mendalam akan beberapa efek yang sudah disebutkan di teori. Analisis akan terbagi menjadi dua efek yang paling prominen, yaitu efek kebermanfaatan dan efek estetis. Efek kebermanfaatan akan terbagi lagi menjadi nilai-nilai kehidupan yang dapat dipelajari. Sedangkan, pada efek estetis akan dijelaskan gaya bahasa yang sekiranya mempercantik karya. Untuk mengetahui kualitas efek-efek tersebut, dibutuhkan analisis terhadap sejumlah cuplikan: