Mohon tunggu...
Nadya Rizki Syafira
Nadya Rizki Syafira Mohon Tunggu... Freelancer - Biology Student at University Of Indonesia

University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Burung Spotted Sandpiper Betina yang Memiliki Banyak Pasangan

11 Desember 2019   15:30 Diperbarui: 11 Desember 2019   15:34 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sandpiper merupakan suatu kelompok burung yang memiliki nama famili Scolopacidae dan merupakan burung pantai. Spotted Sandpiper (Actitis macularius) merupakan jenis burung Sandpiper yang ditemukan di daerah Laut Arktik sampai daerah Amerika, namun persebaran paling luas terdapat di Amerika Utara. Burung ini memiliki salah satu sistem kawin yang sangat unik diantara burung-burung lainnya, yaitu sistem poliandri. Poliandri adalah suatu sistem kawin, dimana satu betina akan mengawini lebih dari satu jantan.

Tidak seperti Sandpiper pada umumnya, Spotted Sandpiper akan menginvasi daerah dengan iklim sedang untuk berkembang biak. Menurut penelitian yang telah dilakukan, sistem poliandri merupakan strategi reproduksi paling sukses untuk mendapatkan keuntungan dalam musim kawin yang relatif panjang. Spotted Sandpiper dapat dikarakterisasi sebagai spesies pionir karena sering dan cepat mengkolonisasi daerah baru, cepat melakukan emigrasi bila terjadi kegagalan reproduksi, dapat berkembang biak pada usia awal, memiliki waktu hidup yang pendek (betina yang sudah mampu berkembang biak rata-rata memiliki umur sekitar 3,7 tahun), dan betina dapat menghasilkan telur dalam jumlah banyak setiap tahunnya. 

Inisiasi musim kawin atau habitat kawin pada Spotted Sandpiper didukung oleh kelimpahan serangga. Tidak hanya serangga, burung ini juga mengkonsumsi Crustacea, Mollusca, ikan kecil, lintah, dan bangkai. Umumnya musim kawin akan berakhir pada awal Juli. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi penurunan populasi serangga dalam bulan-bulan berikutnya. Apabila populasi serangga terus menurun, persediaan makanan untuk anakan burung yang baru menetas akan terganggu dan menyebabkan kelaparan. 

Beberapa betina, khususnya yang muda, masih bersifat monogami dan membantu pasangannya untuk merawat anakannya. Akan tetapi, ada banyak betina, khususnya yang berumur 2 tahun keatas, akan berpasangan dengan jantan yang baru, meninggalkan pasangan utamanya untuk mengurus sarang pertamanya. Betina mampu melakukan kopulasi dan bertelur bersama dengan 4 jantan yang berbeda, bahkan 5 jantan. Berat setiap sarang sekitar 20 persen dari ukuran tubuh betina dewasa. Betina mampu menghasilkan sebanyak 4 telur di setiap sarangnya.

Secara fisik, betina tidak mungkin untuk meningkatkan jumlah telur per sarangnya. Setiap sarang membutuhkan waktu inkubasi sekitar 3 minggu, namun betina kesulitan untuk menelurkan atau mengerami anakannya. Apabila betina memiliki pasangan yang banyak, hal ini memungkinkan betina untuk meningkatkan laju reproduksinya tanpa harus mengurus anakannya hingga dewasa.

Ketika musim semi, burung betina akan sampai terlebih dahulu dibandingkan jantan dan menentukan teritorial. Burung betina juga diharuskan berkompetisi dengan burung betina lainnya ketika burung jantan muncul. Penampilan burung betina yang lebih kuat dapat berlanjut ke pertempuran fisik. Biasanya, burung betina akan mempertahankan teritorialnya sekaligus teritorial jantan yang dipilih olehnya. Pemilihan tempat untuk berkembang biak dan bertelur dipilih berdasarkan kesuksesan proses berkembang biak sebelumnya.

Ketersediaan jantan yang sangat sedikit membuat betina hanya mampu menghasilkan rata-rata 8 telur disetiap musimnya, meskipun secara fisik, betina mampu menghasilkan hingga 20 telur. Hal ini menjelaskan mengapa betina bersaing begitu semangatnya untuk mendapatkan pasangan. Betina yang berpengalaman akan lebih banyak memiliki pasangan, telur, dan anakan dibandingkan betina yang belum berpengalaman.  

Ketika awal musim, ketersediaan jantan lebih sedikit dibandingkan betina. Semakin banyak jantan yang datang di minggu-minggu berikutnya, membuat rasio keberadaan jantan dan betina semakin sama, namun hanya sementara. Ketika jantan mulai menginkubasi sarangnya masing-masing, jantan-jantan tersebut otomatis akan tidak tersedia lagi. Secara bersamaan, ada beberapa betina yang sudah menyelesaikan sarang-sarangnya dan siap untuk melakukan perkawinan kembali. Kedua hal tersebut yang menyebabkan jumlah betina kembali menjadi tidak seimbang dengan jantan. Akibatnya, betina pun diharuskan untuk bersaing dengan betina lainnya untuk kembali mendapatkan pasangan barunya.

Sumber:

Oring, L. W., D. B. Lank, & S. J. Maxson. 1983. Population Studies of the Polyandrous Spotted Sandpiper. The Auk 100(2): 272---285.

Oring, L. W., J. M. Reed, & J. A. R. Alberico. 1994. Mate acquisition tactics in polyandrous spotted sandpipers (Actitis macularia): the role of age and experience. Behavioral Ecology 5(1): 9---16.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun