Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kepergianku

25 Januari 2020   13:15 Diperbarui: 25 Januari 2020   13:20 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pixabay.com/LisaLiza)

kepergianku,
bukan tanpa makna dan tujuan
seperti suatu pilihan
yang terlahir dari sebuah keputus-asaan

kepergianku,
bukanlah sebuah pengembaraan
yang mempunyai awalan tanpa memiliki akhiran

kepergianku,
adalah pengejaran menuju kepastian
dari sebatang niat yang sengaja kutancapkan

kepergianku,
aku mengerti, pasti akan berliku
sebab membersihkan noda pasti sangat tidak mudah
dalam dan membatu

dan aku melihat arak-arakan kedatangan menuju kepergian
dalam helaian kelopak hari yang berguguran di telapak lelah

sementara kulihat dan kurasa dalam risih resah
betapa dosa tak henti menderapkan langkah
terus mengotori pakaianku dengan sampah-sampah
sudah saatnya harus kucuci untuk membersihkannya
agar sedap dipandang wangi untuk dicumbu ria

sebelum Sang Pangeran datang
menjemputku untuk menghadiri pesta puncak kehidupan
di kerajaan inti dunia

kepergianku,
saat itulah pertanyaan rahasia dihentikan para jawaban

terbukanya pintu gerbang,
misteri kehidupan

(Denpasar-Bali, Minggu 14 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun