Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Datar

23 Januari 2020   06:53 Diperbarui: 23 Januari 2020   06:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: "The Expressionless" by Ninalehan21/foodislife772825067.com)

jika jalan ini masih naik-turun
barangkali jiwa ini belum melebur dengan raga
sementara kata-kata lumpuh
bahasa pun bisu, tuli, dan buta

menjadi datar setelah berbauran rasa
keduanya memagut gairah
membentuknya menjadi selogam mata koin
di mana kiri atas kanannya bertautan tak terpisahkan
sebelum jam pemisahan
kedua sisi mata koin yang saling melekat erat
memadu dalam kesatuan
dalam makna dahulu, sekarang, pun akan datang

datar,
masih di tempatnya berdiri
tak tergeserkan

(Banyuwangi, Sabtu 25 Oktober 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun