Mohon tunggu...
Nadya Miftaqul Janah
Nadya Miftaqul Janah Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Belajar sepanjang waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Angker

10 April 2021   10:45 Diperbarui: 10 April 2021   10:48 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                          Sumber: id.pinterest.com

Cerita malam selalu menarik diperbincangkan. Hawa dingin yang kental, suara binatang malam seperti jangkrik yang berderik, serigala yang melolong, dan burung hantu yang ber uhu-uhu. Menambah kesan kekuatan magis yang tersimpan di hitamnya langit. Rata-rata cerita itu tentang hal gaib yang menjadi hal tabu bagi sebagian orang.

Aku sedang menjaga rumah lama bosku yang sudah tak ditempati. Seharusnya rumah ini ditinggalkan saja. Bagaimana tidak walaupun rumah ini sangat mewah sekalipun. Setiap hari aku selalu merasakan banyak kejanggalan dan penampakan yang aneh-aneh. Mulai dari manusia tanpa kepala, perempuan berpakaian jubah putih wajah rata hal yang paling aneh lagi sebelum mereka menampakkan diri selalu terdapat tulisan entah itu dikertas, tembok, dan lain sebagainya disekitar tempatku dengan tulisan 666. Aku tidak mengerti apa kaitanku dengan kejadian ini, angka 666. Bukankah itu angka iblis? Tapi kenapa harus aku yang kena. Ada suatu hal yang disembunyikan bosku. Anehnya aku tak boleh masuk ke dalam.

Jam 12 malam yang benar-benar mencekam. Tiba-tiba saja terdengar suara orang yang menangis didalam rumah padahal rumah itu kosong melompong. Siapa yang sedang menangis? Akhirnya ku putuskan memasuki rumah itu perlahan-lahan karena tujuanku hanya mengintip asal suara itu. Sebelum memasuki rumah itu saja buluk kudukku sudah merinding.

Tertulis suatu angka dengan warna merah seperti darah. Ternyata memang itu adalah darah. Sontak aku menjerit keras. Aku menangis sejadi-jadinya ingin kembali pulang menemui keluargaku dirumah. Berlari secepat mungkin menuju pintu utama dirumah itu, tapi pintu rumah yang awalnya ku lalui terkunci rapat. Seperti ada yang menahannya dari luar. Keadaan semakin mencekam. Lampu - lampu dirumah lama bosku itu mati nyala terus menerus. Padahal aku tahu pasti lampu itu sudah rusak.

Terbesit olehku untuk menelepon rekan kerjaku, tetapi ternyata tak ada sinyal. Matilah aku. Di tengah-tengah kebingunganku muncul sosok pocong. Mulutnya dipenuhi gigi yang tajam, matanya merah melotot ke arahku, dibungkus oleh kain kafan yang telah dipenuhi darah dan berbau amis. Ia tersenyum mengerikan ke arahku. Tidak aku tak ingin mati disini. Bagaimana dengan anak istriku? Berkali-kali aku berdoa kepada Tuhan untuk melindungiku.

 Seperti orang linglung saja aku. Sosok pocong itu terus mendekat ke arahku tanpa melompat melainkan melayang - layang diudara. Ia tertawa mengerikan. Aku segera menutup mata dan memanjatkan doa - doa untuk melindungi diri, tapi ternyata ketika aku menutup mata sosok pocong itu justru makin terlihat.

Logikanya jika seseorang menutup matanya maka ia tak dapat melihat apa yang ada di depannya. Berbeda denganku justru sosok pocong itu seperti melekat dekat dengan jarak pandangku. Sungguh aku berharap ditelan bumi saja.

Mulut sosok pocong itu menganga lebar. Ia sekarang sedang menghisap darah di tanganku. Rasanya sakit sekali. Baru kali ini aku mengetahui sosok pocong yang menghisap darah. Sebentar lagi aku akan mati. Maafkan Ayahmu ini Nak.

Ketika aku sudah pasrah datanglah bantuan. Pintu rumah telah terbuka lebar. Muncullah seorang pris memakai baju panjang dengan sorban yang meliliti tangan kanannya. Ia membacakan ayat-ayat Al Quran dengan tasbih yang meliliti tangannya. Pocong itu meraung keras kepanasan. Aku tidak kuat melihat pemandangan itu. Majikanku menyuruhku untuk mengikutinya keluar.

Setelah aku sampai dirumah majikanku tadi, beliau memberiku minuman. Disinilah aku mengetahui fakta yang mencengangkan. Dulu rumah itu adalah rumah sakit umum yang tak terurus akibatnya lambat laun banyak sekali orang yang meninggal dirumah sakit itu dengan berbagai kondisi. Petugas perawat, dokter, dan lainnya semakin lama semakin berkurang karena hal mistis. Konon setiap hari dirumah sakit itu selalu ada yang meninggal misterius dan tak akan dapat keluar dengan selamat dari rumah sakit tersebut.

Jantungku berdetak kencang mendengar hal itu. Inilah alasan banyakya penampakan yang tak karuan yang kualami, tapi yang masih menjadi pertanyaanku mengapa hanya sosok pocong saja yang terlihat ketika aku masuk kedalam rumah itu? Beliau tak tahu jawabannya.

Malam itu aku diizinkan oleh beliau pulang. Setelah sampai di rumah aku mengucapkan salam kepada anak istriku mereka membalas ucapan salamku. Istriku menanyakan perihal kepulanganku yang tidak seperti biasanya. Aku menjawabnya bahwa akan ku jelaskan besok karena aku masih lelah. Aku segera mandi, kemudian shalat. Kejadian tadi masih terngiang di benakku. Apa salahku sampai di perlihatkan hal gaib seperti itu?

Tiba-tiba dari pintu kamarku dan istriku terdengar suara pintu yang digedor keras. Istriku sedang tertidur pulas sehingga tak mendengar suara itu. Kumantapkan hati ini untuk membuka pintu kamar. Tak ada siapapun. Lah siapa tadi yang mendobrak pintu? Anakku. Ya aku segera mengecek kamar anakku tercinta. Ternyata ia tidak ada. Lalu dimana? Ketika itulah aku bertemu dengan sosok pocong yang ada di rumah angker. Dia tersenyum mengerikan sambil menggendong anakku dengan tangannya yang hitam penuh darah. Tidak anakku telah mati dengan darah yang dihisapnya. Pocong itu berubah menjadi sosok yang sangat kukenal. Parasnya yang cantik tak dapat kulupakan sejak pandangan pertama.

Tak pernah terbayang olehku sosok yang setia menemani hidupku sampai ajal yang akan memisahkan kami adalah sosok pocong yang menjelma menjadi istriku. Jadi, selama ini aku jatuh cinta dan menikah dengan sosok pocong dan anak ini adalah hantu juga. Anakku berubah menjadi sosok pocong. Mereka mendekatiku. Tttiddak... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun