Mohon tunggu...
Nadya Miftaqul Janah
Nadya Miftaqul Janah Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Belajar sepanjang waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Angker

10 April 2021   10:45 Diperbarui: 10 April 2021   10:48 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jantungku berdetak kencang mendengar hal itu. Inilah alasan banyakya penampakan yang tak karuan yang kualami, tapi yang masih menjadi pertanyaanku mengapa hanya sosok pocong saja yang terlihat ketika aku masuk kedalam rumah itu? Beliau tak tahu jawabannya.

Malam itu aku diizinkan oleh beliau pulang. Setelah sampai di rumah aku mengucapkan salam kepada anak istriku mereka membalas ucapan salamku. Istriku menanyakan perihal kepulanganku yang tidak seperti biasanya. Aku menjawabnya bahwa akan ku jelaskan besok karena aku masih lelah. Aku segera mandi, kemudian shalat. Kejadian tadi masih terngiang di benakku. Apa salahku sampai di perlihatkan hal gaib seperti itu?

Tiba-tiba dari pintu kamarku dan istriku terdengar suara pintu yang digedor keras. Istriku sedang tertidur pulas sehingga tak mendengar suara itu. Kumantapkan hati ini untuk membuka pintu kamar. Tak ada siapapun. Lah siapa tadi yang mendobrak pintu? Anakku. Ya aku segera mengecek kamar anakku tercinta. Ternyata ia tidak ada. Lalu dimana? Ketika itulah aku bertemu dengan sosok pocong yang ada di rumah angker. Dia tersenyum mengerikan sambil menggendong anakku dengan tangannya yang hitam penuh darah. Tidak anakku telah mati dengan darah yang dihisapnya. Pocong itu berubah menjadi sosok yang sangat kukenal. Parasnya yang cantik tak dapat kulupakan sejak pandangan pertama.

Tak pernah terbayang olehku sosok yang setia menemani hidupku sampai ajal yang akan memisahkan kami adalah sosok pocong yang menjelma menjadi istriku. Jadi, selama ini aku jatuh cinta dan menikah dengan sosok pocong dan anak ini adalah hantu juga. Anakku berubah menjadi sosok pocong. Mereka mendekatiku. Tttiddak... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun