Mohon tunggu...
Nadya Natalia
Nadya Natalia Mohon Tunggu... -

Menulis menghidupkan kenangan yang pernah ada, dan membiarkan otak terus bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rasisme Sepanjang Cakrawala

17 Maret 2019   01:13 Diperbarui: 17 Maret 2019   01:17 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rasisme merupakan permasalahan serius yang terjadi di seluruh bagian penjuru dunia. Akan selalu ada kubu-kubu yang terdiskriminasi di tiap-tiap negara tanpa terkecuali.

Sebuah laman blog yang memuat berbagai komentar netizen internasional dalam kasus-kasus populer menjadi referensi yang menarik untuk topik seputar rasisme.

Saya mengumpulkan pendapat dari beragam masyarakat dengan latar belakang ras dan kebangsaan yang berbeda untuk membuat generalisasi subjektif.

Secara keseluruhan, ras Kaukasoid / kulit putih menempati posisi teratas dalam superioritas. Terdapat argumen antara "urutan" ras Mongoloid / kulit kuning dan ras Negroid / kulit hitam di bawah ras Kaukasoid, namun dapat dikatakan bahwa kedua ras ini mengalami diskriminasi yang cukup berat di kawasan lain yang menempatkan mereka menjadi minoritas.

Pada tanggal 18 April 2013, sebuah website thesmokinggun.com  melansir sebuah pemberitaan mengenai kasus rasis di New Jersey. Hyun Jin Lee merupakan seorang wanita paruh baya keturunan Korea yang mendapati namanya "diganti" secara tidak hormat oleh sebuah toko farmasi lokal. Resep obat untuknya diberi nama Ching Chong Lee, sehingga akhirnya wanita itu memutuskan mengajukan tuntutan ke pengadilan.

Penyebutan semacam chingchangchong sendiri merupakan generalisasi serampangan atas pengucapan bahasa Mandarin yang mungkin terdengar kocak di telinga orang Barat. Sebagai tambahan, seorang warga Jerman keturunan Asia juga mengaku sering mengalami pelecehan ras semacam itu oleh penduduk lokal---mulai dari anak-anak hingga orang dewasa di usia empatpuluhan.

Tidak hanya di negara-negara Benua Eropa dan Amerika, beberapa negara Asia Timur seperti Jepang, China, dan Korea dikatakan sering menerapkan rasisme pada orang-orang asing yang menempati negara mereka.

Seorang mahasiswa Kyunghee University keturunan Malaysia harus menghadapi apa yang disebut dengan "sentimen Korea" ketika menempuh studinya. Ketika mengalami konflik perbedaan pendapat, warga lokal yang ia temui menganggapnya sebagai orang asing yang tidak paham mengenai sentimen Korea, kemudian mulai mengungkit-ungkit masalah kebangsaan dan agama---di mana mayoritas penduduk Malaysia merupakan Muslim.

Seorang ras Negroid juga pernah mengungkapkan kegeramannya akan diskriminasi menyedihkan yang dilakukan Korea Selatan dalam kunjungannya ke Negeri Ginseng. Desas-desus virus Ebola yang mulai menggemparkan dunia sejak tahun 2013 membawa dampak di salah satu restoran di Korea Selatan.

Terpasang sebuah tanda yang dapat diartikan sebagai larangan bagi orang Afrika untuk masuk dan makan di sana demi "menghindari" penularan virus tersebut. Alasan yang begitu tidak intelek, namun itu benar terjadi.

Terlepas dari fakta-fakta di atas, tidak sedikit juga orang-orang yang berusaha mengedepankan perdamaian dan menyisihkan unsur rasisme dalam interaksi sosial dengan masyarakat dari belahan bumi yang berbeda. Saya mengutip sebuah komentar pendek yang dilontarkan menanggapi pemberitaan mengenai rasisme di Korea:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun