Mohon tunggu...
Nadya Natalia
Nadya Natalia Mohon Tunggu... -

Menulis menghidupkan kenangan yang pernah ada, dan membiarkan otak terus bekerja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | "Before You Go"

4 Juni 2018   11:29 Diperbarui: 4 Juni 2018   12:13 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia tidak ikut tertawa bersama Erika. Bisa-bisanya dia membuat lelucon di saat hatinya sudah ketar-ketir seperti hampir menginjak ranjau. Debaran jantung yang kencang, ekspresi wajah yang tegang dan kaku, ditambah telapak tangan yang berkeringat dingin---lengkaplah sudah penyiksaan batin baginya.

Kedua matanya terpejam. Namun bagaimanapun juga, ia harus melakukannya sekarang. Atau kesempatan itu tidak akan datang kembali di waktu yang akan datang. Ia ingin membiarkan pemuda itu mengetahui perasaan yang sudah lama dipendamnya. Bahwa beberapa detik bertatapan mata dengannya sudah menghadirkan spark yang berbeda. Bahwa beberapa menit mengobrol dengannya sudah membuat perutnya terasa tidak keruan.

Setelah menarik napas dalam-dalam, Felise melangkahkan kakinya perlahan. Erika tersenyum menyemangatinya dari belakang.

Taman sekolah terlihat berwarna oleh aneka bunga yang menghiasinya---tidak terkecuali hari ini. Nuansa merah muda terasa lebih kental di hari valentine. Di situlah biasanya Anthony singgah setelah pulang sekolah untuk sekedar mengabadikan potret indah lewat bidikan lensa kameranya.

Dengan kotak berisi cokelat yang dipegangnya di belakang punggung, Felise berjalan ragu memasuki taman itu. Seperti dugaannya, Anthony ada di situ. Ketika langkah kakinya semakin mendekati pemuda itu, baru disadarinya ada sesosok lain yang tengah menghadap Anthony---seorang gadis berambut panjang.

"Bentar  ya, aku beli minum dulu," gadis itu tersenyum lebar, lalu Anthony mengangguk lembut sambil melepas genggaman tangan keduanya perlahan.

Felise membalikkan badannya---degup jantungnya bertambah kencang tanpa terkendali. Rasanya ia bodoh sekali hari ini. kenapa ia sebodoh itu hingga tidak tahu bahwa Anthony sudah punya pacar?

"Felise?"

Anthony sudah berdiri di dekatnya. Raut wajahnya ramah dan bersahabat. "Kamu belum pulang?"

Ia hanya menggigit bibir. Sudah terlanjur, lebih baik ia mengatakannya sekarang daripada menyesal selamanya. Jadi yang dilakukannya adalah menyodorkan kotak itu dengan cepat ke hadapan pemuda itu.

"Happy Valentine. Aku suka kamu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun