Mohon tunggu...
Nadya Agus Salim
Nadya Agus Salim Mohon Tunggu... Guru - Seorang Penulis yang juga berprofesi sebagai pendidik

Nadya. terkenal dengan nama Pena Nadya Agus Salim ,. Ibu dua orang anak ini adalah seorang guru SMK yang memiliki hobby menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tubuh Kita adalah Dokter Terbaik

27 Agustus 2021   18:04 Diperbarui: 27 Agustus 2021   18:15 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matahari hampir sampai keperaduannya. Langit merah mulai muncul membentang luas dan ada sedikit langit hitam di ujungnya. Sejak sore Ani merasakan keram pada perutnya. Memang bulan ini ia belum datang bulan. Hingga larut malam. Penghuni rumah telah lelap dalam mimpinya. Ani terus dalam kegelisahan. Perutnya semakin sakit.

Pagi menjelang. Baru beberapa menit Ani terlelap. Perutnya semakin sakit. Ibu yang mengetahui keadaan Ani segera menuju dapur. Tak lama ibu datang membawa segelas jahe hangat. Ibu lupa, bahwa Ani belum sarapan.

"Minumlah selagi hangat," kata ibu.

Tanpa menunggu lama, Ani segera menghabiskan air jahe tersebut. Perut keramnya berangsur hilang rasa sakitnya. Ani menuju dapur, bersama Adi, ayah dan ibunya ia sarapan pagi, dengan semangkuk bubur hangat.

Hari beranjak siang. Sang surya bersinar dengan teriknya. Ani mulai merasakan tubuhnya meriang. Haidnya mulai lancar, sejak ia minum air jahe. Namun ia merasakan, ada yang tidak beres pada tubuhnya. Ani berlari menuju wastafel di dapur.

"Uek, uek, uek, ia mengeluarkan semua sarapan yang ia makan tadi pagi."

Mendengar Ani muntah-muntah, ibu segera menuju dapur. Ibu menggosokkan minyak kayu putih ke tubuh Ani. Selanjutnya memberi Ani segelas air hangat. Alhamdulillah setelah minum air hangat. Ani merasa segar. Kemudian ibu menyarankan Ani untuk istirahat. Saat Ani tersadar, tubuhnya bercucuran keringat. Ia merasa baikkan. Namun tak lama kemudian.

"Uek, uek, uek, Ani muntah di kamar mandi yang ada di kamarnya. Bukan hanya muntah, kini ia juga merasakan perutnya mulas."

Tubuh Ani semakin lemas. Ia kehilangan tenaga, karena terlalu banyak muntah dan bab. Ibu membuatkan Ani larutan oralit.

"Semoga larutan oralit ini, dapat memulihkan tenagamu," kata ibu.

Sedari siang, hingga malam muntah ani memang telah berhenti. Namun babnya tak juga berhenti. Apa yang ia makan, maupun minum, akan segera keluar kembali. ia mulai dehidrasi. Ibu masuk ke kamar Ani, melihat Ani sedang tertidur. Wajahnya pucat pasi. Ibu segera beranjak ke ruang musholla. Ayah sedang mengaji, setelah selesai melaksanakan salat isya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun