Mohon tunggu...
Nadir Renjana
Nadir Renjana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun nulis puisi

Dan keresahan yang beranak pinak pun menjadi rentetan syair murahan yang berusaha aku komersialkan kepada khalayak ramai. Salam cintaku, kepada setiap yang membaca dengan rasa dan keresahan yang sama. -Nadir Renjana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Ber)Teduh

11 Mei 2022   02:25 Diperbarui: 11 Mei 2022   02:33 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan perlahan reda pertanda kami harus mulai bergegas pulang. Di atas motor, diraihnya tanganku untuk aku lingkarkan di pinggangnya.

Kalau kalian mau tahu, percakapan kami masih berlanjut. Kami masih menertawakan beberapa hal lucu yang selewatan di depan kami. Membaca plat nomor kendaraan menjadi rutinitas yang mengasikkan di jalan menuju rumah.

"Hati-hati, ayang. Kabarin kalo udah di nyampe!"

Nanti kami menutup malam dengan dongeng pengantar tidur yang sebenarnya adalah informasi kesehatan yang dibacakan Aqil. Sangat berguna bukan?

Terima kasih, ya, Aqil. Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun