Mohon tunggu...
Nadia Shafa Huwaida
Nadia Shafa Huwaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengalaman dalam Menggunakan Konvergensi Media serta Potensi dan Kekurangannya

14 April 2021   23:29 Diperbarui: 16 April 2021   02:16 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Apa itu konvergensi media? Konvergensi media merupakan penggabungan berbagai jenis media massa seperti media tradisional, media cetak, media siaran, media baru dan internet serta teknologi portabel dan interaktifnya melalui platform media digital. Contoh konvergensi media yang paling populer adalah smartphone yang menggabungkan berbagai media mulai dari media cetak (e-book, aplikasi berita), media penyiaran (situs web streaming, radio, aplikasi musik), serta media baru (internet) menjadi satu perangkat kesatuan yang menjalankan bermacam fungsi mulai dari panggilan, chatting, fotografi, videografi, game, dan sebagainya. Contoh lainnya pada level perusahaan adalah Trans Corp dengan pemiliknya yaitu Chairul Tanjung, perusahaan ini menguasai mulai dari channel televisi Trans TV dan Trans 7, televisi digital atau berbayar TransVision, serta platform berita CNN dan detik.com.

Kali ini, saya Nadia Shafa Huwaida sebagai mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan, ingin berbagi sedikit pengalaman dalam menggunakan konvergensi media. Saya merupakan orang yang aktif dan intens dalam menggunakan smartphone, terutama untuk mengakses informasi dan memanfaatkannya sebagai hiburan. Saya sering menggunakan sosial media terutama Twitter sebagai akses informasi, platform streaming seperti Netflix, Iflix, Viu, Vision+, Goplay dan HBO GO untuk menonton series yang saya sukai, atau YouTube untuk sekedar menonton video semacam MV (Music Video), pengetahuan maupun hiburan semata. Sebenarnya, tidak semua platform streaming itu saya download atau langganan semua sekaligus, sih. Ketika saya sedang tertarik dengan suatu series atau film yang hanya tersedia di salah satu platform digital tersebut, saya akan download dan langganan aplikasinya, kemudian saat series atau film tersebut sudah selesai saya tonton, saya akan hapus dan berhenti langganan, jadi saya suka bergonta-ganti (download-langganan-selesai tonton-hapus, ulangi) platform streaming bergantung dari series atau film yang sedang menarik perhatian saya. Kalau download semuanya maka akan memenuhi memori smarthpone saya, sayang sekali, kan, saya hanya punya satu. Ribet, ya? Iya, saya memang suka begitu.

Saya merupakan orang yang suka marathon apabila series yang saya tonton kala itu sangat seru setiap episodenya. Pernah suatu series dalam salah satu platform streaming digital berbayar, yang memiliki 8 season dengan total 73 episode, saya habiskan untuk menonton dalam waktu hanya 7 hari atau seminggu, dengan rata-rata 10 episode atau 1 season per harinya saya tonton. Namun, sayang sekali, ending series itu mengecewakan bagi saya. Saya masih merasa berat hati ketika mengingatnya.

Selain itu, sebagai seseorang yang hobi membaca cerita, saya suka membaca melalui aplikasi Wattpad atau membeli e-book di Play Store. Hobi saya yang suka marathon berlaku juga ketika saya membaca cerita. Namun, bedanya apabila saya menyukai series meskipun terdapat banyak season sebagai tontonan, untuk cerita saya kurang suka membaca yang memiliki banyak season, kesannya berbelit-belit, saya lebih menyukai ketika sudah dijadikan program series tontonan daripada membacanya, tergantung juga bagaimana plot ceritanya, sih. Apabila tontonan series juga berbelit-belit maka sama saja, bukankah jatuhnya akan seperti sinetron? Saya lebih suka untuk membaca cerita yang sekali tamat. Saya juga hobi mendengarkan musik melalui aplikasi Spotify. Untuk mengakses berita, saya membaca random melalui web-web berita yang saya temukan ketika mencarinya di Google, seperti kompas.com, detik.com, dan web berita lain yang sekiranya cocok dengan topik yang saya cari. Ketika saya ingin mencari atau membaca jurnal, biasanya saya mencarinya lewat Google Scholar atau web jurnal lain semacam Neliti, ScienceDirect, dan sebagainya.

Sebagai seseorang yang kadang suka khilaf dengan banyak berbelanja, apalagi saat sedang ada sale atau banyak voucher gratis ongkir, dan terkadang ketika barang sampai merasa menyesal semacam untuk apa saya membeli ini, saya memiliki aplikasi online shop Shopee. Semisal sekedar ingin pesan makanan atau minuman yang dekat dan sedang mager alias malas gerak keluar, saya memesan melalui aplikasi Gojek.

Pengalaman lain saya, kali ini hubungannya dengan media konvergensi Trans Corp, dua channel televisi milik perusahaan tersebut yaitu Trans TV dan Trans 7 cukup sering saya tonton, dulu, kini hanya sesekali. Program unggulan Trans TV dulu yang saya sukai salah satunya adalah “Sketsa”, semacam tontonan sketsa komedi pendek yang sangat menghibur, yang sayangnya kini sudah tidak ada lagi. Kata-kata andalan yang masih saya ingat dari program tersebut adalah “Tatap mata saya.” oleh salah satu karakternya, Ojan, yang ingin sok-sokan menghipnotis namun berujung sial. Sekarang, tontonan Trans TV saya hanyalah film-film bioskop yang kadang tayang pada malam hari. Saya dulu juga suka menonton program “Si Bolang” di Trans 7, sampai saat ini pun program tersebut masih tayang, tapi saya tidak lagi menontonnya. Saat ini saya hanya masih sesekali menonton program “On The Spot” di Trans 7.

Konvergensi media memiliki beragam potensi, antara lain adalah lahirnya media-media baru, semakin menjangkau luas masyarakat hingga internasional, konten-konten yang semakin berwarna, serta akses yang lebih cepat. Masyarakat tidak lagi hanya mengandalkan media cetak atau media-media tradisional dahulu untuk sekedar mendapatkan informasi. Adanya konvergensi media membantu masyarakat dalam meraih akses informasi yang lebih cepat. Lahirnya konten-konten baru yang semakin beragam menambah potensi dan daya tarik dari konvergensi media. Segala macam kebutuhan mulai dari aplikasi berita, aplikasi hiburan seperti sosial media, platform streaming, platform bacaan cerita, platform musik, platform belanja, semua tersedia menjadi satu kesatuan. Masyarakat dapat menikmati langsung semua hal tersebut sekaligus tanpa harus terpisah. Konvergensi media menyatukan semuanya menjadi media yang praktis.

Konvergensi media juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah semakin mudahnya dalam penyebaran informasi sehingga dengan banyaknya informasi yang mencuat hingga saling tumpang tindih, audiens dapat merasa terbebani dan sulit untuk menentukan kebenaran dalam setiap informasi yang beredar. Bagi generasi yang lebih tua, atau masyarakat yang memiliki kekurangan, akan sulit dalam mempelajari keterampilan digital dalam berbagai jenis media sehingga mereka lebih memilih atau masih bertahan dengan menggunakan media lama yang mereka rasa lebih pahami dan lebih mudah. Untuk beberapa wilayah atau negara, ada beberapa media yang tidak bisa diakses atau sederhananya akses tersebut diblokir, sehingga beberapa masyarakat di wilayah tersebut akan merasa kesulitan dalam mencari akses untuk tujuan mereka. Beberapa media juga rentan untuk serangan cyber atau hack, sehingga hal tersebut akan merugikan pengguna yang mengalaminya.

Adanya konvergensi media memanglah banyak memberi keuntungan dan kemudahan dalam berbagai hal, namun setiap adanya kelebihan maka akan selalu didampingi kekurangan. Sehingga, akan lebih baik apabila setiap produk-produk yang dihasilkan dari perusahaan konvergensi media untuk lebih meningkatkan keamanan mereka agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Perusahaan juga dapat meningkatkan kualitas dari produk yang mereka luncurkan agar penggunanya dapat merasa lebih nyaman. Masyarakat juga dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam mengakses atau menggunakan media, serta dalam hal memilah-milah informasi. Dengan begitu, iklim media di Indonesia akan menjadi lebih sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun