Kongres Perempuan Indonesia diselenggarakan pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres ini dihadiri lebih dari 100 orang yang terdiri atas 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera dan beberapa organisasi laki-laki.
Dalam kongres ini membahas mengenai hak kesetaraan perempuan dan laki-laki, diantaranya mengkiritisi poligami, diskriminasi terhadap perempuan, dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam perkawinan, dan penghapusan perkawinan anak.
Pelaksanaan kongres pada tahun 1930 diadakan di Surabaya. Dalam kesempatan ini, Sujatin memberikan ceramah mengenai “Pendidikan Wanita”. Sujatin berani menyampaikan hal-hal baru bahkan dianggap radikal. Sujatin menganggap adanya gundik/selir sebagai bentuk penghinaaan dan merendahkan martabat perempuan karena dijadikan pelipur lara bagi kaum laki-laki.
………
Begitulah perjuangan Sujatin Kartowijono dalam memperjuangkan hak perempuan di masa kolonial. Dengan api semangat Kartini, Sujatin meneruskan kobarannya hingga menyala-nyala. Sujatin mempunya prinsip yang kuat. Ia menginginkan perempuan pribumi mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki. Selama ini, perempuan ditempatkan pada posisi yang lemah. Perempuan harus bangkit dari keterpurukan dan ketertindasan. Keberhasilan Sujatin mewujudkan gagasannya membawa perubahan baru bagi Indonesia khusunya perempuan. Perempuan Indonesia harus mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki terutama dalam bidang pendidikan.