Mohon tunggu...
Nadia Maisya Putri
Nadia Maisya Putri Mohon Tunggu... Sejarawan - Mahasiswa Universitas Andalas

Menyukai sesuatu hal baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sujatin Kartowijono: Pejuang Emansipasi Perempuan

11 Desember 2022   20:30 Diperbarui: 11 Desember 2022   20:31 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan sering dipandang sebelah mata. Bahkan dinomorduakan dalam masyarakat. Kedudukan perempuan sering dianggap tidak begitu penting. Dalam sistem patriarki, perempuan tidak memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki. Sehingga menimbulkan ketimpangan gender.

 Pada masa kolonial perempuan sangat sulit menempuh akses pendidikan. Perempuan kerap diindentikkan dengan kanca winking yang bermakna sebagai teman di belakang, pendukung dibalik layar, atau sebagai istri, ibu yang mengurus suami dan anak-anak, Melihat hal ini muncul tokoh pemberdaya perempuan dalam bidang pendidikan yaitu R.A Kartini.

 Pendidikan sangat penting bagi perempuan. Sebagai guru pertama bagi anak, perempuan tentu memiliki tanggung jawab yang besar. Perempuan perlu bergerak mengubah nasib. Dengan pendidikan, perempuan mampu melahirkan generasi yang hebat dalam menaikkan derajat bangsa dan tanah air.

 R.A Kartini sebagai pelopor emansipasi perempuan menjadi inspirasi bagi perempuan pribumi. Muncul tokoh-tokoh perempuan hebat di abad setelahnya. Perempuan juga harus mendapatkan pendidikan. Salah seorang tokohnya adalah Sujatin Kartowijono.

 Sujatin Kartowijono merupakan aktivis perempuan dalam memperjuangkan hak kaum hawa pada masa kolonial. Sujatin lahir di Kalimenur, Kabupaten Wates, Yogyakarta pada tanggal 9 Mei 1907. Beliau lahir dari keluarga priyayi. Ayahnya bernama Mahmud Joyohadinoro. Bekerja sebagai pegawai jawatan dalam bidang transportasi kereta api Belanda. Sedangkan ibunya bernama Raden Ajeng Kiswari, bangsawan yang memiliki hubungan darah dengan Keraton Yogyakarta.

 Sujatin merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Sujatin tumbuh di keluarga yang menghormati setiap orang. Tidak membeda-bedakan perilaku kepada yang berbeda latar kehidupan. Beliau mengidolakan R.A Kartini sejak kecil. Sehingga sering menghabiskan waktu membaca tulisan-tulisannya.

 Sujatin Kartowijono menempuh pendidikan dasar di Hollands Inlandsche School (HIS) di Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah. Di sekolah ini, Sujatin belajar pertama kali bersama kakaknya. Kakaknya pernah bercerita bahwa ketika Sujatin di dalam kandungan, sang ayah mengharapkan anak laki-laki. Karena saudara Sujatin perempuan semua. Ketika tidak sesuai harapan ayahnya merasa kecewa. Dari cerita ini, Sujatin bertekad menjadi anak berprestasi agar sang ayah bangga kepadanya.

 Di masa sekolah dasar ini, ia mengenal tulisan R.A Kartini. Dari bacaan itu, ia tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan inspirasi tetapi juga semangatnya. Ia menyadari pendidikan merupakan faktor penting bagi kemandirian perempuan. Pada tahun 1922, Sujatin kemudian melanjutkan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwij (MULO). Sujatin masuk ke dalam aktivis Jong Java. Selain itu, ia juga rajin dalam dunia kepenulisan. Salah satu tulisan Sujatin yang diterbitkan di koran Jong Java adalah “Andaikan Aku Seorang Lelaki”. Tulisan ini bercerita mengenai percakapan dua pemuda yang mengkritik kebiasaan hidup kaum ningrat.

 Setelah tamat di MULO, Sujatin melanjutkan pendidikan ke sekolah guru pada tahun 1922. Ia tetap aktif di organisasi Jong Java. Dalam akademik Sujatin dikenal sebagai anak yang pintar. Nilainya sangat memuaskan terutama dalam pelajaran yang ia suka yaitu sejarah. Setelah tamat di Mulo Sujatin mulai mengajar di HIS swasta pada tahun 1926. Dia enggan menjadi guru di sekolah milik pemerintah. Hal ini karena ia tidak dapat bebas mengajar sebab terikat aturan sekolah.

 Di tengah kesibukannya menjadi guru, Sujatin mendirikan organisasi perempuan yang bernama Poetri Indonesia. Organisasi ini berdiri pada tahun 1926. Anggotanya merupakan para guru di Yogyakarta. Organisasi ini memiliki tujuan untuk membuka kursus dan pengajaran bagi rakyat terutama perempuan.

 Pada tahun 1928, Sumpah Pemuda sukses dalam menyatukan semangat nasionalis bumiputra. Dari kabar ini, Sujatin mendapatkan inspirasi. Ia mengajak sejumlah tokoh perempuan seperti Nyi Hajar Dewantara dan R.A. Soekonto untuk menggagas kongres perempuan. Dari sini lahirlah Kongres Perempuan pertama di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun