Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Wisata Gratis ke Pura Gunung Salak Bogor

30 Maret 2016   23:19 Diperbarui: 30 Maret 2016   23:58 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Anda pernah mendengar sebuah Pura di daerah Kabupaten Bogor? Pura Agung Jagatkarta Parahyangan namanya, atau nama lainnya Pura Gunung Salak karena letaknya yang berada dibawah Gunung Salak, Bogor. Pura ini merupakan salah satu  pura terbesar di Jawa Barat. Dikutip dari pernyataan seorang pemimpin ibadah umat Hindu, Ni Made Sumiyarti Sadnja, beliau berkata, "Pura Agung Jagakarta Parahyangan merupakan Pura terbesar di Jawa Barat setelah Bali." Oleh karena itu, Pura ini sudah dikenal umat hindu, terutama yang berada di Jawa Barat, Lampung, dan Bali. "Bahkan umat hindu dari negara India pun sering datang kesini" lanjutnya.

[caption caption="Suasana Pura 'Gunung Salak' pukul 11.00 WIB masih terasa sejuk. Angin semilir berhembus dengan tenang. (photo by Nadia Degel)"][/caption]

Selain menjadi sebuah tempat ibadah, Pura ini juga menjadi objek wisata. Hal ini berdampak pada umat Hindu yang sedang beribadah, karena kebayakan pengunjung menjadikannya sebagai tempat piknik dan banyak sepasang kekasih yang bermesaraan. "Ini kan tempat ibadah, masa ada yang pacaran. Kan kita semua tau tidak boleh ada nafsu di tempat ibadah" ungkap istri dari I Made Sadnja. Kendati demikian, Sumiyarti tidak melarang pengunjung untuk datang ke tempat ini. "Boleh-boleh saja, asal dijaga sopan santunnya dan tidak keatas gunung. Jadi boleh sampai halamannya saja." ujarnya.

Pengunjung yang berkunjung ke tempat ini tidak dipungut biaya sama sekali. "Oh tidak, kita disini tidak memungut biaya apapun. Tidak ada tiket masuk. Jadi silahkan kalau mau datang" ungkapnya. Meskipun begitu, pengunjung tetap harus mematuhi syarat yang diwajibkan, pertama, bagi kaum wanita harus dalam keadaan bersih atau tidak sedang berhalangan, yang kedua, tidak gaduh dan bisa menjaga sikap dan perkataan.

Pura ini sudah berdiri selama 20 tahun. Menurut paparan dari Ni Made Sumiyarti, beliau membeli tanah di Pura ini pada tahun 1981, mulai digunakan pada tahun 1988, dan pada tahun 1995 baru mendapat izin menjadi tempat ibadah. "Umat hindu yang beribadah kesini bisa mencapai ribuan. Karena datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke India", paparnya. Pengurus dan para umat hindu di tempat ini sudah sangat bersinergi dengan masyarakat sekitar sehingga tidak pernah ada hambatan apapun sejak tempat ini berdiri.

Awalnya Pura ini diperuntukan sebagai tempat ibadah umat hindu, namun keadalaan alam sekitar yang sejuk dan memanjakan mata, akhirnya dari mulut ke mulut keberadaan Pura ini tersebar dan sekaligus menjadi tempat wisata. Mendengar kata Pura tentunya kita ingat dengan hari Raya Nyepi beberapa waktu lalu yang bertepatan dengan fenomena alam Gerhana Matahari Total. Menarik bukan? Namun itu tidak berlaku bagi Ibu dari 2 anak ini, "Kita menyepi ya seperti biasa aja. Menyepi untuk intropeksi diri. Tidak ada hubungannya dengan fenomena alam. Tidak ada yang istimewa" ungkapnya. (Nadia Degel)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun