Mohon tunggu...
Nadia Amelia H.
Nadia Amelia H. Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Mass Communication - Journalism Student

JKT

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bukan Hanya Bersaing dengan Manusia, 10 Keahlian Ini Akan Sangat Dibutuhkan pada Tahun 2025

21 Juni 2021   12:26 Diperbarui: 21 Juni 2021   12:33 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

           

Pada dasarnya, setiap manusia pasti memiliki kemampuannya masing-masing. Tingkat keterampilan dalam setiap bidang kemampuan tersebut pun juga tentu tidak sama. Namun, di zaman serba cepat ini manusia dituntut untuk mampu menguasai berbagai keahlian agar tak tertinggal dan dapat kuat bersaing. Jiwa kompetitif dalam setiap diri masing-masing individu pun akan membuat standar “lolos” semakin tinggi dan sulit. Bahkan sudah dapat diprediksi dari sekarang bahwa persaingan bukan hanya akan terjadi antarmanusia karena kemajuan teknologi yang semakin hari perkembangannya patut diacungi jempol.

Apakah sekiranya kita mampu menyetarakan diri untuk bisa masuk ke dalam kerasnya dunia persaingan? Dan kira-kira apa saja keahlian yang perlu kita dalami demi mempersiapkan diri agar bisa meraih prospek kerja di masa yang akan datang?

Agar lebih mudah dipahami, mari kita bahas mengenai yang dasar terlebih dahulu. Keahlian sendiri terbagi menjadi 2, hard skill dan soft skill. Penjelasan singkat dari hard skill ialah suatu keahlian yang bisa kita pelajari dan tingkatkan melalui latihan, pendidikan, serta pengulangan. Tak perlu khawatir jika merasa kurang akan hal ini karena hard skill dapat terus berkembang jika kita konsisten serta rajin mempelajarinya. Kemampuan dalam berbahasa asing, berhitung, menganalisis data, pengetahuan umum, bahkan mulai dari menulis dan membaca pun merupakan contoh dari keahlian ini.

Kemudian ada soft skill. Terdengar tak sepenting jenis keahlian yang sebelumnya, ternyata zaman sekarang justru banyak perusahaan yang lebih mementingkan kemampuan soft skill yang baik sebagai syarat kualifikasinya. Keahlian ini sendiri menunjukan bagaimana kita sebagai seseorang dapat bersosialisasi serta berinteraksi dengan orang lain di dalam dunia kerja. Namun karena skill ini menonjolkan emosi serta wawasan kita dalam berhubungan dengan orang lain, agar dapat mengembangkannya supaya lebih baik memang tidak semudah “dipelajari”. Selain mencakup keterampilan dan kecerdasan sosial serta cara komunikasi dalam berinteraksi, problem solving, kepemimpinan, adaptasi, dan etika kerja juga ikut digolongkan ke dalam soft skill tadi.

Walaupun butuh waktu untuk mempelajari serta menerapkannya, keahlian ini tetap dapat terus dikembangkan. Perhatikan hal positif dari rekan yang kita ajak interaksi bisa menjadi pembelajaran contohnya. Atau tetapkan pencapaian, rajin mengikuti seminar dan workshop, menjadwalkan keseharian anda, atau mungkin tetapkan pencapaian apa yang harus kita raih.

Kedua keterambilan tersebut harus kita jalankan secara berdampingan, dan itu penting. Perusahaan akan lebih tertarik jika kita mampu menyeimbanginya dan kita tidak boleh tertinggal.

            Melansir dari laman World Economic Forum (WEF), yang merupakan salah satu organisasi non profit tempat politisi serta orang-orang penting berdiskusi membahas masalah-masalah ekonomi besar global, para karyawan ke depannya harus bisa terus meningkatkan kualitas kinerja mereka. Tentu karena mengingat persaingan yang tak akan ada habisnya apalagi jika sudah diharuskan melawan teknologi, robot contohnya, yang mampu berkembang pesat jauh lebih cepat.

Ada 10 skill yang perlu diperhatikan dan diobservasi lebih dalam oleh kita menurut WEF, yakni:

  1. Analytical Thinking and Innovation (Berpikir Analitis dan Inovatif)
  2. Active Learning and Learning Strategies (Mampu Belajar secara Aktif dan Mandiri)
  3. Complex Problem Solving 
  4. Critical Thinking and Analysis (Berpikir Kritis dan Analisis)
  5. Creativity, Originality, Initiative (Kreatif, Orisinil, dan Inisiatif)
  6. Leadership and Social Influence (Kemampuan dalam Memimpin dan Bersosialisasi)
  7. Technology Use, Monitoring, and Control (Kemampuan dalam Penggunaan Teknologi, Pengontrolan, serta dalam Memonitornya)
  8. Technology Design and Programming (Kemampuan untuk Mendesain Teknologi serta Pemrograman)
  9. Resilience, Stress Tolerance, and Flexibility (Ketahanan, Toleransi Stress, dan Fleksibilitas)
  10. Reasoning, Problem Solving and Ideation (Penalaran, Mampu Memecahkan Permasalahan, serta bisa Membuat dan Mengembangkan Ide)

Akan ada banyak lahan pekerjaan baru di masa depan karena beragamnya keinginan pasar. Pada saat itu juga, para perusahaan di setiap bidang akan mencari pekerja dengan keterampilan di atas untuk membantu melayani keinginan yang ada. Dilansir dari laman anakui.com, dari yang sudah diperkirakan, pada tahun 2022 empat puluh dua persen keterampilan inti pada suatu peran akan berubah, sehingga penting untuk bisa selalu beradaptasi dengan skill baru dan mengembangkannya.

            Dari hasil wawancara, Bapak Deny W. Kurnia selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia Shanghai menuturkan bahwa poin ke-7, yakni technology use, monitoring, and control merupakan aspek yang menurutnya paling penting untuk diutamakan oleh masyarakat Indonesia sejak dini. Technology use di sini berarti kita hanya perlu menguasai suatu teknologi yang telah diciptakan oleh orang lain, sehingga tidak perlu mulai membangunnya dari awal. Menurut beliau, pekerjaan tersebut dianggap paling real dan paling dicari. Ke mana kita harus belajar mengenai penggunaan teknologi, pengontrolan, serta cara memonitornya? Selain dengan mengikuti seminar atau kuliah di jurusan yang berhubungan, internet juga dapat sangat membantu.

Bapak Deny memberikan Tiongkok sebagai contoh negara yang mampu berkembang pesat karena sudah mengonsentrasikan technology use sedari lama. Teknologi yang negara lain ciptakan mereka observasi, pahami, kembangkan, dan bangun dengan kemampuan yang melebihi awal mulanya. Bahkan karena mereka sudah mampu mengontrol dan memonitor sesuatu tersebut dari segala aspek yang ada, Tiongkok bisa dengan mudah mengembangkan teknologi tersebut dalam jenis yang sama namun kemasan atau tampilan berbeda.

Alasan Bapak Deny W. Kurnia mementingkan poin ke-7 tersebut untuk diutamakan oleh masyarakat Indonesia ialah karena level kemajuan negara kita masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Jadi pekerjaan yang ada di depan mata, low hanging fruit, ialah penggunaan teknologi tadi, ujar beliau. Teknologi tersebut bisa berupa software; sistem, metode, alat berpikir, artificial intelligence, Instagram, atau mungkin Youtube, dan masih banyak lagi. Bisa juga hardware seperti mesin, pabrik, atau mobil contohnya.

Beliau memperjelas bahwa penggunaan teknologi itu bukan masalah bagaimana menciptakan si teknologinya tersebut, tapi bagaimana kita mampu memanfaatkannya. Tidak apa jika negara-negara maju yang menciptakan teknologi tersebut. Karena logikanya, Indonesia pada tahun 2025 masih pada tahap technology use. Kita mengikuti kenyataan di lapangannya saja. Ingat, 2025 sudah sangatlah dekat. 4 tahun lagi dari sekarang. Terlebih, dilansir dari laporan The Future of Jobs, sebanyak 43 persen perusahaan yang sudah mengikuti survei menyatakan bahwa mereka akan mengurangi tenaga kerja karena telah melakukan integrasi teknologi. Itu membuktikan bahwa yang mampu menguasai segala kemampuan yang bersangkutan dengan teknologi lah yang akan dicari perusahaan, baik yang besar dan kecil.

            Maka dari keseluruhan yang telah dibahas di atas, sekiranya kita bisa mulai dari sekarang untuk menguasai setidaknya satu poin dari sepuluh keahlian penting di tahun 2025 tersebut. Akan lebih menarik rasanya jika kita juga bisa ikut membantu memberikan pemahaman tersebut kepada sesama atau bahkan nanti ke depannya, membuka lapangan pekerjaan untuk menyeimbangkan arus persaingan. Jika kita mulai dengan keinginan yang kuat diikuti usaha yang maksimal, tentu hasil yang diciptakan tidak akan mengecewakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun