Mohon tunggu...
Nadhifa Salsabila Kurnia
Nadhifa Salsabila Kurnia Mohon Tunggu... Penulis - Masih setia dengan Bandung, namun melalui tulisannya sering kali berjalan ke Korea Selatan dan berbagai belahan dunia lain

Sarjana Ilmu Komunikasi Jurnalistik, pencinta literasi, penyuka fiksi, menulis dimana saja dan kapa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Pertama? Intip Pola Asuh Orang Jepang yang Bisa Dicontoh!

22 Juni 2021   22:00 Diperbarui: 22 Juni 2021   22:09 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustarasi Ibu dan anak di Jepang | pexels/Andrey Grushnikov

Menjadi orang tua memang tidak semudah yang dibayangkan. Tidak ada sekolahnya, apalagi jika momen jadi orang tua pertama kalinya alias untuk anak pertama. Namun, tak ada salahnya sedikit menyontek cara pola asuh generasi sebelumnya hingga budaya orang tua di negara lain yang memiliki contoh baik.

Salah satunya mencontoh pola asuh orang Jepang. Sebagai negara yang masyarakatnya dikenal begitu disiplin, ternyata ada beberapa point yang bisa dicontek dari pola asuh ala orang Jepang ini. Apa aja, ya? Coba cek di bawah ini.

Baca juga: 4 Cara Asyik Melatih Anak Membersihkan Kamar Mandi

1. Ajarkan kesetaraan

Pernah beredar video viral saat anak-anak di sekolah di Jepang sedang membersihkan toilet sekolah mereka bersama-sama. Ternyata, ini sudah menjadi budaya di Jepang. Anak-anak diajarkan untuk tidak membeda-bedakan derajat orang lain.

Selama bertahun-tahun di masa sekolah, mereka diajarkan untuk mengesampingkan penilaian pribadi terhadap orang lain. Jadi, mau anak boss atau karyawan kecil, semuamya bersekolah di tempat yang sama.

2. Anak-anak diutamakan banyak habiskan waktu bersama Ibu

Di banyak negara mungkin banyak Ibu bekerja. Di Jepang kedekatan Ibu dan anak dianggap sangat penting. Seorang anak diharapkan bisa tumbuh dengan menghabiskan banyak waktu bersama Ibunya.

Bahkan, katanya ada subsidi yang di alokasikan khusus untuk ini. Memang, dalam budaya Jepang, ikatan kuat keluarga sangatlah penting. Khususnya saat anak masih kecil. Sebuah studi juga mendukung, anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga positif, akan menunjukan risiko gangguan rendah saat dewasa.

3. Memberikan perhatian pada emosi anak

Dalam masyarakat Jepang, nilai-nilai positif yang dimiliki seorang anak terus diasah sepanjang waktu serta anak-anak diajari untuk memahami dan memproses emosi sehingga mereka belajar untuk hidup berdampingan di masyarakat. Mereka paham betul, bahwa keadaan mental dan emosional anak sama pentingnya dengan kehadiran fisik.

Apabila anak melakukan kesalahan atau hal buruk, mereka tetap akan dikenakan sanksi atau teguran sebagai bentuk untuk menanamkan nilai-nilai disiplin terhadap anak, namun dilakukan dengan cara-cara yang halus seperti menggunakan ajakan , saran, serta ejekan atau sindiran halus, mereka menghindari konfrontasi langsung dengan si kecil.

Baca juga: Kejujuran, Sebuah PR Pendidikan di Masa Pandemi

4. Tidak mempercayai pujian publik

Orang tua di Jepang pada umumnya tidak biasa memberikan pujian terhadap kualitas positif dari anak-anak mereka. Padahal orang tua di beberapa negara kerap memberi pujian atau menyampaikan kualitas positif dari anak-anak mereka. Hal ini bertujuan agar anak-anak sejak kecil diajari untuk merdeka dan mempraktekkan disiplin, tanpa bergantung pada ganjaran atau kata-kata pujian.

5. Membuat makan sebagai proses menyenangkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun