Mohon tunggu...
Nadia Basri
Nadia Basri Mohon Tunggu... -

Pembelajar, Economicholic, Love My Country Indonesia. (Study at The Business School, Bournemouth University, UK)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kenapa Tepat Membandingkan Ekonomi Indonesia dengan Argentina dan Turki

8 September 2018   17:35 Diperbarui: 8 September 2018   17:40 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: republika.co.id

Setelah dalam dua hari terakhir penguatan rupiah terhadap dollar menjadi yang terkuat di Asia dan harga-harga bahan pokok (konsumsi dapur) yang sama sekali tidak terpengaruh dan cenderung turun, investor dan rakyat Indonesia mulai optimis. Akan tetapi, masih banyak pertanyaan muncul seperti, kondisi Indonesia memang jauh lebih baik dari Argentina dan Turki itu tidak tepat dibandingkan karena kedua negara itu sudah krisis atau diambang kebangkrutan. Bagi saya perbandingan itu tepat. Kenapa?

1. Indonesia, Argentina, dan Turki sama-sama negara berkembang yang disebut para pebisnis "emerging market". Meski tidak terdampak secara langsung karena hubungan dagang Indonesia-Argentina/Indonesia-Turki tidak terlampau besar, namun ketiganya menyandang predikat yang sama "emerging market", jadi generalisasi persepsi itu pasti ada di benak investor, meskipun itu sebenarnya tidak tepat.

2. Indonesia, Argentina, dan Turki pada Januari 2016 memiliki pergerakan Index Tukar mata uang dengan dollar di posisi yang sama. Bisa kita anggap memiliki index 100. Namun, apa yang terjadi? selama satu tahun selama 2017 rupiah semakin menguat ke level 90, sementara Peso (Argentina) dan Lira (Turki) justru melemah di sekitar 130.

Kini di 2018 Peso sudah mencapai titik (262,7) artinya terdepresiasi 109,4% dan Lira mencapai (224,4) artinya terdepresiasi 75,5 persen dalam setahun belakangan. Sementara Indonesia? Saat ini hanya menyentuh level 105,9 atau terdepresiasi hanya di bawah 10 persen.

3. Indonesia, Turki, dan Argentina sama-sama "emerging market", namun kemampuan mengendalikan inflasi (kenaikan harga barang) berbeda-beda. Pada Januari 2016 Inflasi di Argentina 30%, Juli 2016 melonjak sekitar 47%, Juli 2017 turun drastis menjadi 23%, dan kini sekitar 31% (sangat fluktuatif dan tidak pasti).

Turki, di Januari 2016 10% inflasinya, Juli 2106 turun menjadi sekitar 9%, Juli 2017 mulai melonjak ke 13%, hingga Juli 2018 akhirnya melonjak ke 15,9%. (juga bergejolak karena tidak konstan).

Sementara Indonesia? Justru mampu tampil konstan mengendalikan inflasinya di bawah 5% sejak Januari 2016, di Juli 2018 bahkan inflasinya hanya 3,2%. Bagi kalangan pebisnis, kemampuan pengendalian inflasi adalah tolok ukur untuk menilai kemampuan pemerintah suatu negara dalam pemberlakuan kebijakan ekonominya, dan dalam hal ini Indonesia dinilai sangat handal.

4. Indonesia dan Turki di April 2016, memiliki tingkat suku bunga bank yang tidak jauh berbeda. Indonesia berada di sekitar 5,1 persen, sementara Turki 5,5 persen. Namun pada Mei 2018 pemerintah Turki terlihat sangat panik dengan menaikan suku bunganya hingga di level 17,8 persen.

Sementara Indonesia? Masih tenang dengan hanya menaikannya hingga level 5,5 persen. Dalam dunia ekonomi kepanikan yang diperlihatkan pemerintah dapat mempengaruhi psikologis investor. Lagi-lagi dalam hal ini Indonesia mampu tampil lebih baik.

Jadi, sekali lagi, jika ada yang berusaha membuat kita tidak mau membandingkan kondisi ekonomi Indonesia dengan Argentina/Turki, sesungguhnya mereka hanya tidak mau mengakui bahwa perekonomian Indonesia dikelola jauh lebih baik dan tepat saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun