Mohon tunggu...
Nada Azhara Purnomo
Nada Azhara Purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi mendengarkan musik dan membaca novel yang menarik. Lebih suka beraktivitas sendiri atau dengan orang yang sudah kenal dekat. Menyukai topik yang inspiratif dan menyegarkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketulusan Buah Kebaikan

21 September 2022   17:00 Diperbarui: 21 September 2022   17:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap manusia mengartikan makna kehidupan dengan cara yang berbeda-beda. Terkadang situasi itu sendiri yang memaksa keadaan. Sekarang ini banyak masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Terlebih masyarakat yang diombang-ambing oleh kondisi finansial sehingga mengakibatkan terganggunya kesehatan fisik maupun mental sebab pandemi dua tahun lamanya.

Hari itu sedikit-banyak saya belajar menyoal apa arti hidup yang sering saya keluhkan selama ini. Banyak orang di luar sana yang kesusahan namun mereka tepis keluhan dengan bergegas meraih harapan. Tepat di depan pasaraya saya jumpai kakek tua bersama seorang bocah yang saya duga cucunya sedang memeras keringat hanya untuk menjawab gejolak di hatinya perihal "besok bisa makan tidak ya?" yang seolah-olah sudah menjadi tabiat setiap harinya. Jalan hidupnya menampar saya agar harus banyak-banyak bersyukur.

Balon dagangan yang tidak pernah habis dalam satu hari, membuat saya bertanya dari mana untung yang dia jerat. Terbesit oleh saya untuk mendermakan sedikit uang kepadanya membuat sang kakek tak berhenti bersyukur bahkan mendoakan saya dengan ketulusan hatinya. Benar terlihat kecil dalam harta dan kuasa, tetapi besar perjuangannya dalam kehidupan. Dari situlah saya tahu perbedaan pandangan hidup dari setiap kita.

Pemerintah pun pada kenyataannya belum bisa diandalkan dalam meringankan kebutuhan masyarakat. Lantas peran siapa yang bisa dijadikan tumpuan untuk bisa menolong sesamanya. Siapa lagi jika tidak dimulai dari kesadaran diri kita masing-masing. Tidak ada kata rugi dalam membantu selama kita mampu, sebagai cerminan dari nilai toleransi yang harus dijunjung tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun