Mohon tunggu...
Nada Sihombing
Nada Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

No crown without cross

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Gapura Seribu Luka

30 April 2021   10:17 Diperbarui: 1 Mei 2021   01:31 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: pixabay.com/StockSnap)

Satu malam yang tak biasa
Saat gelap membuat buta menepam
Malam itu begitu terang
Langit berbinar dihiasi kembang api berwarna
Orang bagaikan kelelawar
berkeliaran ke sana kemari
Dentuman keras dan tawa riang
Mengisi setiap telinga
Kue lezat dipersiapkan
Siap siaga menyambut umur  yang baru bagi dunia

Selamat datang 2021
Detik-detik yang sangat berharga
Seluruh insan menguntai doa-doa
Memohon keadaan yang lebih baik

Waktu bergulir
Belum sepuluh hari merasakan nafas di tahun ini
Longsor menimbun Sumedang, kota di negeriku
Belum lagi si Corona yang tak kunjung berhenti merenggut saudaraku
Sejak setahun memogokkan dunia
Alam tidak mengerti arti tahun baru
Banjirpun menghanyutkan Kalimantan
Negeriku diayun-ayun oleh gempa dimana-mana
Gunung Semeru meletus
Hujan abu vulkanik menutupi tanah
Hingga hilanglah nyawa-nyawa

Sriwijaya kebanggaan melaju perkasa
Membentangkan sayap menembus cakrawala
Namun tak sampai pada tujuannya
Ia mendarat pada keabadian
Isak tangis yang tak terduga
Menyisakan luka selamanya

Bulan aperire menyapa
Bulan yang keempat di kalender ini
Kembali menerbitkan duka baru
Saat sang Sriwijaya terbang terlalu tinggi  dan tak kembali
Kini, Nanggala menyelam sedalam-dalamnya
Gugur dengan gagah perkasa
Bersama lima puluh tiga perwira bangsa
Yang telah menjaga kedaulatan negara
Sungguh pilu dan haru
Menitikkan beribu air mata

Langit dan bumi berduka
Pada apa yang terjadi

Mereka yang beristirahat di keabadian
Tak dapat menuntaskan satu tahun ini
Tak sedikitpun terbesit pada malam tahun baru
Bahwa itulah malam puncak terakhir baginya
Tawa riang menyambut 2021
Menjadi tangisan membeku

Marilah bersyukur
Buat kita yang masih hidup sentausa
Marilah menutup mata dan berdoa
Agar semua duka ini berlalu
Mari berjaga-jaga
Sebab tak ada tanda
Kapan kita berakhir
Pamit pada ibu pertiwi

Oleh : Nada Sihombing

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun