Mohon tunggu...
Nada Pertiwi
Nada Pertiwi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blog tugas kuliah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2017 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Supir Andong di Tengah Kendaraan Bermotor

12 November 2019   00:40 Diperbarui: 12 November 2019   21:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen pribadi/Nada Pertiwi)

Setiap tahunnya terjadi kenaikan empat persen untuk mobil dan enam persen untuk motor di daerah Kota Yogyakarta. Andong mampu menahan eksistensi diri di jalan raya dengan segala perubahan dan aturannya.

Di tengah keramaian kendaraan bermotor di Yogyakarta, masyarakat masih dapat menemukan dan menggunakan alat transportasi tradisional yang menggunakan tenaga hewan penggerak yaitu andong. Andong merupakan alat transportasi yang menggunakan tenaga kuda. Andong menjadi alat transportasi di daerah Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta.

Para raja Mataram zaman dahulu menggunakan kereta kuda yang disebut dengan kereto kencono. Masyarakat kemudian membuat dan meniru kereta raja-raja Mataram tersebut. Pada masa itu, hanya masyarakat berkelas yang mampu mengendarai andong.

Andong berbeda dengan delman. Andong memiliki empat roda dengan dua roda berukuran kecil dan dua roda belakang yang berukuran lebih besar sedangkan delman hanya memiliki dua roda.

Andong memiliki kemampuan untuk menampung lebih banyak penumpang dibanding delman karena keempat rodanya membuat perjalanan kereta menjadi lebih stabil.

Andong saat ini mengalami pergeseran fungsi. Jika sebelumnya digunakan oleh masyarakat untuk bepergian misalnya ke pasar, tapi kini digunakan untuk menarik wisatawan. Pergeseran fungsi tersebut mempengaruhi penampilan andong yang kita jumpai sekarang sangat variatif dari segi hiasannya.

Putra Setiawan (23) merupakan seorang supir andong di kawasan wisata Malioboro. Putra mendapatkan kepiawaiannya dalam mengendarai andong dari sang ayah dan mulai menjadi supir andong di tahun 2006. Putra mengaku membeli kudanya sendiri dari daerah Sumbawa sementara membeli kereta dari temannya.

"Kalau kuda ini saya beli dari Sumbawa harganya Rp 15 juta. Kalau untuk keretanya di sini banyak yang jual. Waktu itu tahun 2006 saya beli Rp 30 juta. Sekarang harga kereta biasanya Rp 60 juta."

Setiap hari pada pukul sembilan pagi Putra akan mengendarai andong dari rumahnya yang berada di daerah Bantul ke kawasan Malioboro dan pulang pada pukul enam petang. 

Sebelum mulai bekerja Putra akan memberi kudanya makan rumput dan daun kacang yang dicampur dengan dedak. Putra biasa menunggu penumpang di dekat Toko Mirota. 

Selain Mirota, jalan masuk Malioboro, kawasan depan mall, kawasan di dekat Toko Terang bulan, dan di depan Keraton merupakan tempat biasa bagi para supir andong mangkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun