Mohon tunggu...
Nada GhinaNailah
Nada GhinaNailah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

carilah hobby yang menguntungkan dalam hidup, serta dapat membuat orang lain bahagia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Pendidikan Inklusi di Indonesia

20 April 2021   13:00 Diperbarui: 20 April 2021   13:21 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di indonesia pendidikan inklusi sudah ada saat tahun 2001. Awal mula percobaan pendidikan yang mengutamakan kesetaraan, tidak memandang keterbelakangan peserta didik. 

Sebelum itu pendidikan inklusi ialah pendidikan yang tidak membedakan antara non ABK (tidak anak berkebutuhan khusus) atau peserta didik yang normal dengan ABK (anak berkebutuhan khusus) peserta didik yang memiliki keterbatasan seperti fisik yang terbatas serta keterbelakangan mental yang harus memiliki perhatian lebih dari pendidik. Lalu diresmikannya pendidikan inklusi di Indonesia pada tahun 2004. Sampai saat ini pun pendidikan inklusi di Indonesia masih berjalan dengan lancar.

Saat berada di sekolah peserta didik yang memiliki keterbatasan sudah di ajarkan membaur dengan teman-temannya. Serta peserta didik yang non ABK pun sudah diberi pengertian terhadap keterbatasan temannya yang ABK. Namun, ada saja anak yang tidak nyaman dengan situasi ini. Bagaimana tidak, kekurangan temannya ini mungkin saja mengganggu siswa yang non ABK. Bisa jadi sampai ke kasus bullying yang mengakibatkan peserta didik yang ABK mengalami trauma. Namun jika peserta didik yang non ABK di berikan pengertian, dan pemahaman bahwasanya temannya yang mengalami keterbatasan ini baik dan membutuhkan bantuan bukan cemoohan mungkin aman meminimalisir kasus bullying yang akan terjadi.

Jika kita lihat lagi pendidikan inklusi, memiliki manfaat serta keuntungan bagi sekolah peserta didik non ABK, peserta didik ABK, guru, dan masyarakat sekitar. Manfaat dan keuntungannya saling terikat seperti, jika di sekolah memiliki fasilitas yang bertambah untuk ABK maka, peserta didik yang non ABK pun dapat mengembangkan diri dengan fasilitas tersebut. Selain itu juga dapat meningkatkan syukur serta kepercayaan diri tertanam ke dalam diri peserta didik. Manfaat yang didapat guru pun bertambah, ada pelatihan serta fasilitas yang didapat jika mengajar anak berkebutuhan khusus. Meningkatkan empati terhadap masyarakat sekitar dan warga sekolah karna peserta didik yang berkebutuhan kusus dapat bersekolah di tempat yang normal atau sekolah reguler .Tidak hanya keuntungan dan manfaat saja yang dialami dalam pendidikan inklusi, tetapi kekurangan dan tantangan pun ada pula di dalamnya. Seperti guru yang kurang serta belum adanya pelatihan untuk mendampingi peserta didik yang ABK. Penolakan yang mungkin saja terjadi dari orang tua peserta didik reguler yang tidak mau anaknya belajar bersama dengan ABK. Sekolah yang belum memiliki fasilitas memadai untuk siswa ABK, yang tidak bisa dikatakan murah. Yang paling parah ialah resiko bullying atau perundungan, dialami oleh peserta didik berkebutuhan khusus, yang dilakukan oleh siswa non ABK. Jadi, persiapan terhadap fasilitas, tenaga pendidik, serta sosialisasi terhadap peserta didik reguler harus dilakukan dalam pendidikan inklusi.

Jika pertanyaannya "apakah sistem  peserta didik yang difabel dan non-difabel dipisah lebih baik?" maka jawabannya tergantung. Apabila fasilitas dan guru pengajar terpenuhi dan dapat mengimbangi peserta didik, maka sistem ini bisa dikatakan baik. Karena ini dapat menetralisasi sifat dan tingkah laku anak difabel ini, sebab anak berkembang sesuai keadaan lingkungannya, jika lingkungan normal, maka perlahan tingkah laku anak difabel ini dapat dinetralisasikan, jika tidak, tingkah lakunya masih akan tetap sama dan akan lebih susah mengalami perubahan. Dan apabila fasilitas dan guru pengajarnya kurang memadai, maka sebaiknya dipisahkan saja, agar kedepannya tidak terjadi kekacauan, karena fasilitas dan guru pembimbing tidak dapat mendampingi anak yang berkebutuhan khusus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun