Mohon tunggu...
Nabilla DP
Nabilla DP Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Ibu dua anak yang doyan bepergian. Ngeblog di bundabiya.com dan bundatraveler.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Energi Positif Menjadi Kunci Kehangatan Keluargaku

13 Maret 2018   08:40 Diperbarui: 15 Agustus 2018   20:20 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen bahagia di awal tahun 2018 (dokumen pribadi)

Tepat dua minggu setelah liburan, saya dilanda mual berhari-hari. Rasanya sungguh tidak nyaman karena saya tidak bisa muntah dan hanya mual saja, mirip seperti orang masuk angin. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang terlintas, "Mas, jangan-jangan aku hamil?" naluri seorang ibu yang kuat membuat aku mengutarakan hal itu kepada suami.

"Wah, coba dicek aja ya," suami langsung membeli test pack. Saya berpesan padanya untuk membeli 3 buah test pack dengan merk yang berbeda-beda. Saya coba langsung di sore harinya.

Dan rupanya...

Positif! Saya hanya bisa tertawa begitu keluar dari kamar mandi, entahlah ada perasaan aneh dan geli saat mengetahui ada sesuatu yang baru di rahim saya. Sekali lagi saya ulangi tes seusai subuh pada hari berikutnya. Tetap sama, positif meskipun samar. Akhirnya kami putuskan untuk segera ke dokter SpOG.

Alhamdulillah, positif! (sumber gambar: pinterest)
Alhamdulillah, positif! (sumber gambar: pinterest)
Kekuatan Berpikir Positif

Betapa gugupnya saya saat dokter mengatakan janin belum terlihat dan ada sesuatu di luar rahim, yang kemungkinan berupa kista atau kehamilan yang terjadi di luar rahim. Perkataan dokter membuat saya agak cemas. Pikiran saya kembali berlalu lalang, saya mulai takut serta khawatir. Sepulang dari dokter saya langsung curhat sama Ibu via WA dan beliau pun memberi saya nasihat, "Berpikir positif saja, ndhuk. Insya Allah si janin tumbuh kembangnya baik,"

Oiya! Berpikir positif rupanya tidak mudah ya, saya masih sering lupa. Sekali lagi saya pun menginstal kalimat-kalimat positif dalam benak saya. Dua minggu kemudian saya menjajal dokter SpOG yang berbeda. Baru saja saya merebahkan badan dan dokter menggoyang-goyangkan alat USG, beliau langsung sumringah, "Selamat ya mbak, alhamdulillah janinnya tumbuh normal di tempat yang tepat!"

Masya Allah rasanya terharu sekali. Meskipun saya harus sesegera mungkin menyapih anak pertama yang berusia 21 bulan dan mengurangi intensitas gendong-menggendong, saya juga punya pe'er baru yaitu mengedukasi Mahira bahwa dia akan segera menjadi seorang kakak.

Saya sangat bersyukur diberi amanah lagi saat sudah serumah sama suami. Si dia pun gerak cepat dalam membantu pekerjaan saya di rumah seperti di akhir pekan kami memasak bersama, mengajak Mahira bermain sebelum berangkat kerja, meluangkan waktu untuk family time, mengiyakan kapanpun saya ingin nonton film berdua, dan sesekali memijati kaki saya yang sering pegal karena bawaan bayi.

Hm.. bagi saya inilah kehangatan keluarga yang hqq*.

---

*hakiki

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun