Mohon tunggu...
Nabilla Chaerunnisa Kuswaya
Nabilla Chaerunnisa Kuswaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional | Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional | Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberhasilan China dalam Menggeser Posisi Jepang di Asia: Bagaimana Indonesia Harus Bersikap?

6 Mei 2021   05:20 Diperbarui: 6 Mei 2021   05:22 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah Perjalanan Jepang Sebagai Kekuataan Ekonomi Terbesar di Asia Timur

Jepang merupakan salah satu negara di Kawasan Asia Timur yang memiliki sejarah panjang dalam perjalanan perekonomiannya. Negara yang menjadi salah satu aktor penting dalam Perang Dunia ini sangat menarik untuk dibahas terutama terkait prestasinya dalam merehabilitasi kondisi perekonomian negaranya pasca perang dunia II. Hal ini berawal dari tahun 1945 dimana pada saat itu Jepang mengalami kekalahan perang karena Amerika menjatuhkan bom di Kota Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu membuat Jepang mengalami kerugian besar . Faktanya sebanyak 140.000 jiwa meninggal di Kota Hiroshima dan 74.000 jiwa lainnya meninggal di Kota Nagasaki , belum lagi adanya efek radiasi yang sangat dahsyat membuat beberapa generasi setelahnya harus menerima dampak dari hal tersebut. Jika dilihat dari segi perekonomian, Jepang berada diambang kehancuran ekonomi sebab pada saat itu kegiatan perekonomian terhenti.

Namun, hal yang kemudian menjadi menarik adalah kekalahan Jepang tidak membuat Jepang terus - menerus berada dalam kondisi terpuruk. Hal ini justru memicu semangat Jepang untuk segera memulihkan kondisi perekonomian. Pemerintah Jepang kemudian mengeluarkan kebijakan dengan cara menginvestasikan sumber daya yang tersedia kedalam beberapa industri utama yang menghasilkan manufaktur yang dapat diekspor .Adapun jenis produk yang kemudian di produksi oleh Jepang pada saat itu barang - barang elektronik rumah tangga seperti televisi dan mesin cuci. Jika kita telusuri lebih lanjut memang pada masa itu, negara - negara setidaknya membutuhkan perangkat elektronik yang dapat mempermudah kehidupan sehari - hari sehingga keputusan Pemerintah Jepang dalam hal ini sangatlah tepat.

Kemampuan Jepang dalam menguasai teknologi tak lepas dari usaha Jepang dalam mengejar ketertinggalan penguasaan teknologi. Tak hanya itu dalam merumuskan strategi unyuk memulihkan perekonomian Jepang, pemerintah Jepang memanfaatkan Amerika dan Negara Barat. Pasalnya, mereka beranggapan bahwa negara maju adalah negara yang memegang industri yang kompleks dimana mereka memiliki sejumlah sektor ekonomi utama dengan hubungan domestik yang mandiri. Selain itu, adanya kelembagaan yang mendukung akan mempermudah suatu negara dalam mendorong invonasi teknologi dan perkembangan industri. Hal ini yang kemudian menjadikan teknologi sebagai kunci dari strategi ekonomi Jepang. Cara Jepang memanfaatkan Amerika dan Negara Barat dapat kita lihat pada masa pasca perang dunia, tepatnya pada tahun 1952, Jepang teru melakukan upaya untuk menjaga hubungannya dengan negara - negara barat terutama Amerika . Hal ini dilakukan untuk mendapat keuntungan baik dalam transfer teknologi maupun dalam mendapatkan keuntungan seperti jaminan perlindungan keamanan dari Amerika Serikat. Pada tahun tersebut keduanya memang mengadakan penandatanganan perjanjian keamanan . Hal ini yang kemudian dari sisi ekonomi Jepang mendapat ilmu dan mengetahui praktik Amerika dan Negara Barat dalam menjadikan diri mereka sebagai negara yang perkembangan industrinya pesat . Namun disisi keamanan, kondisi Jepang yang pada saat itu tidak memiliki keamanan yang memadai dapat ter-back up dengan baik oleh Amerika. Walaupun memang ada harga yang harus dibayar oleh Jepang karena hal tersebut, dimana  Jepang harus membalas budi dengan cara berkontribusi secara finansial untuk perdamaian regional dan global . Kemudian Jepang juga turut serta memberikan bantuan ekonomi kepada negara berkembanng  dan menjadi donatur di berbagai organisasi internasional.

Kemudian jika dilihat secara domestik Jepang, strategi yang dirancang oleh Pemerintah Jepang sangat bertolak belakang dengan ajaran yang terkenal dalam dunia perekonomian yaitu ajaran Adam Smith yang menngatakan bahwa invisible hand pada pasar adalah penentu produksi dan distribusi barang dan jasa atau dalam kata lain hendaknya peran negara dalam urusan paar tidak banyak mengintervensi. Alih - alih sesuai dengan hal tersebut Jepang cenderung bergerak ke arah sebaliknya. Pemerintah Jepang memutuskan untuk merancang kebijakan sesuai dengan prioritas, kebutuhan dan keadaan dari industri Jepang itu sendiri melalui bantuan birokrat. Akibatnya peran negara dalam proses pemulihan ekonomi tidak hanya berkutat pada tahap perancangan strategi saja melainkan hingga tahap pelaksanaan pun negara tetap memainka peran dominan. Sebab Jepang memiliki prinsip " Dariapada menunggu paar untuk menentukan alokasi yang paling efisien dari sumber daya ekonomi yang tersedia lebih baik membuat penilaian terhadap industri dan sektor ekonomi yang dianggap penting secara strategis.

Walaupun sebelumnya telah disinggung bahwa strategi Jepang menilik pada praktik Amerika dan Negara Barat tetapi pada hasil akhirnya Jepang kemudian memodifikasi hal tersebut dengan melihat celah - celah yang ada pada strategi Amerika dan Negara Barat. Misalnya pada aspek ketenagakerjaan dimana Jepang menerapkan sistem kerja seumur hidup .

Dalam perjalanannya , Jepang tidak hanya meniliki pada Amerika dan Negara Barat, Pemerintah Jepang juga turut melakukan berbagai kolaborasi bersama aktor non - negara seperti NGO dan IGO. Sebab dalam menyukseskan diri sebagai negara dengan kemajuan perekonomian yang pesat, Pemerintah Jepang memiliki kedekatan dengan  para kelompok bisnis yang ditujukan untuk mendapatka transmisi informasi.  Selain itu dalam struktur birokrasinya, Pemerintah Jepang memiliki lembaga yang berepran dominan dalam mendukung kesuksesan pemulihan perekonomian Jepang . Mereka adalah Politsi , Perdana Menteri, Sentra Birokrasi yang terdiri dari  Ministry of International Trade Industry (MITI), Ministry of International Affairs dan Ministry of Finance. Semua hal inilah yang kemudian mendorong Jepang untuk keluar sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Jepang dalam waktu 1 dekade saja. Bahkan di tahun 1975 Jepang merupakan satu - satunya negara di Asia yang tergabung kedalam G-7.

Upaya China dalam menggeser posisi Jepang sebagai Kekuatan Ekonomi terbesar di Asia

 Dunia Internasional Hari ini dikejutkan dengan fenomena kebangkitan China / The Rise of China . Hal ini dikarenakan negara tersebut mencanangkan Mega proyek Belt and Road Initiative ( BRI ) . Kebangkitan China juga tak lepas dari pertarungan sengit dan aksi embargo satu sama lain antara China dan Amerika . Pasalnya 40 tahun yang lalu kita melihat China sebagai negara miskin yang keberadaannya tidak diperhitungkan oleh komunitas internasional. Namun hari ini ia tumbuh sebagai hegemoni baru dalam dunia internasional. Hal ini berawal ketika Presiden China , Deng Xiaoping meluncurkan reformasi ekonomi secara masif di tahun 1978.

Reformasi dilakukan melalui pemberian insentif kepada petani sehingga mereka bisa menjual hasil tani di pasar bebas. Selain itu Pemerintah China juga memberlakukan zona ekonomi khusus di dekat pantai ( Shenzen, Zhuhai , Amoy dan Shantou) untuk menarik investasi asing, meningkatkan ekspor dan mengimpor produk China. Untuk mendukung posess transformasi China juga memutuskan untuk bergabung menjadi anggota International Monetary Fund (IMF) dan World Trade Organizations (WTO) .

 Seperti yang telah disinggung diatas salah satu instrumen dalam melakukan reformasi ekonomi, China menggagas proyek BRI. Proyek ini merupakan komitmen nyata China dan ambisius China untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi yang besar. Konsep ini sebenarnya adalah hasil upgrading dari konsep lama China pada masa kejayaannya dahulu yaitu Jalur Sutera.  Pada tahun 2013 proyek BRI mulai dikenalkan oleh Xi Jinping . Adapun tujuan dari proyek ini adalah untuk menciptakan koneksi darat dari Asia Tenggara - China - Eropa Barat . Selain itu China juga menggagas konsep Road untuk menggambarkan pembangunan rute laut. Hal ini dilakukan oleh China untuk mempermudah dalam transaksi ekonomi dan kegiatan ekspor impor antar kawasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun