Mohon tunggu...
Nabil Huda Rizalul Haq
Nabil Huda Rizalul Haq Mohon Tunggu... Mahasiswa

Penulis lepas dan penggiat teknologi. Lulusan Sistem Informasi yang aktif membahas isu seputar teknologi, pendidikan, kewirausahaan digital, dan pengembangan diri. Pernah terlibat dalam berbagai proyek aplikasi digital, serta aktif menulis opini dan artikel di bidang sosial, ekonomi, dan keislaman. Bergiat di HMI dan memiliki ketertarikan terhadap transformasi digital serta peran pemuda dalam pembangunan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Iran - Israel dan Intervensi Amerika

26 Juni 2025   13:24 Diperbarui: 26 Juni 2025   13:24 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertahanan udara Israel aktif mencegat rudal-rudal Iran yang menargetkan Ibu Kota Tel Aviv pada 18 Juni 2025 dini hari.(sumber:kompas.com)

Perang Iran-Israel dan Intervensi Amerika: Ancaman Nyata bagi Stabilitas Ekonomi Global dan Kemajuan Teknologi Dunia

Oleh: Nabil Huda Rizalul Haq

Ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah kembali memuncak. Hubungan yang telah lama tegang antara Iran dan Israel tampaknya semakin mendekati titik kulminasi. Dalam konteks yang lebih luas, keterlibatan Amerika Serikat sebagai sekutu strategis Israel mengindikasikan bahwa konflik regional ini berpotensi membesar menjadi perang berskala global. Jika perang antara Iran dan Israel benar-benar pecah, dan diikuti dengan intervensi militer Amerika terhadap Iran, dunia akan menyaksikan guncangan sistemik yang signifikan, baik dari sisi ekonomi maupun teknologi.

Dampak Ekonomi: Krisis Energi dan Volatilitas Pasar Global
Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Selat Hormuz, yang menjadi jalur vital ekspor energi global, berada dalam jangkauan militer Iran. Sekitar 20% dari total pasokan minyak dunia melintasi jalur ini setiap harinya. Jika perang pecah dan Iran memutuskan untuk memblokade Selat Hormuz atau menargetkan infrastruktur energi regional, harga minyak global bisa melonjak drastis, bahkan menembus USD 150 per barel mengingat preseden serupa dalam Perang Teluk dan konflik-konflik sebelumnya di kawasan.

Lonjakan harga energi akan memicu inflasi global yang lebih parah dari krisis akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Negara-negara berkembang yang sangat tergantung pada impor energi, termasuk Indonesia, akan mengalami tekanan fiskal yang sangat berat. Subsidi energi akan membengkak, nilai tukar akan tertekan, dan daya beli masyarakat akan menurun secara signifikan.

Pasar keuangan internasional juga akan mengalami gejolak. Investor akan beralih ke aset-aset safe haven seperti emas dan dolar AS, sementara pasar saham akan mengalami koreksi tajam akibat ketidakpastian geopolitik. Sektor-sektor seperti logistik, penerbangan, dan manufaktur yang sangat bergantung pada stabilitas harga energi, akan menjadi korban awal.

Dampak Teknologi: Polarisasi Inovasi dan Fragmentasi Ekosistem Digital
Selain ekonomi, sektor teknologi juga akan terdampak signifikan. Iran dalam beberapa tahun terakhir telah mengembangkan kemampuan teknologi dalam bidang nuklir, siber, serta produksi drone dan rudal presisi tinggi. Eskalasi konflik akan mendorong negara-negara di kawasan untuk mempercepat modernisasi sistem pertahanan berbasis teknologi, menciptakan perlombaan senjata digital yang lebih intens.

Intervensi militer Amerika terhadap Iran berisiko mendorong Iran dan sekutunya untuk menggunakan serangan siber sebagai bentuk perlawanan asimetris. Infrastruktur kritikal global termasuk jaringan listrik, sistem keuangan, dan jaringan komunikasi berpotensi menjadi sasaran. Ketergantungan dunia pada sistem digital menjadikan sektor ini sangat rentan terhadap guncangan siber berskala besar.

Konflik ini juga akan mempercepat deglobalisasi teknologi. Negara-negara besar akan semakin menarik batas terhadap pertukaran teknologi lintas batas, memperluas kebijakan tech sovereignty, dan memperkuat aliansi teknologi berdasarkan blok geopolitik. Inisiatif seperti penyaringan ekspor semikonduktor, pengawasan pada aliran data, dan pelarangan teknologi dari negara-negara tertentu akan meningkat drastis.

Konsekuensi Strategis: Tatanan Dunia Baru yang Tidak Stabil
Secara strategis, pecahnya perang Iran-Israel dan keterlibatan langsung Amerika Serikat akan mempercepat perubahan tatanan global dari unipolar menuju multipolar. Negara-negara seperti Rusia dan Tiongkok kemungkinan besar akan memanfaatkan situasi ini untuk memperkuat pengaruh mereka di kawasan dan menciptakan narasi kontra-Barat. Akibatnya, negara-negara berkembang akan terjebak dalam dilema geopolitik, antara aliansi strategis dan kepentingan ekonomi nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun