Akan ku tuliskan pada diary ku. Menjadi sebuah kebahagiaan sesaat setelah membagikan tulisan yang saya tulis di kompasiana di beri lebel pilihan ke media sosial. Tandanya tulisan saya bagus sehingga di beri lebel pilihan oleh pihak editor yang suka dengan tulisan yang saya buat. Semangat menulis pun menggema dalam diri untuk konsisten setiap harinya setidaknya menuliskan satu buah tulisan di sela-sela kesibukan yang saya jalankan.Â
Menulis di kompasiana memang susah-susah gampang. Saat tulisan yang saya buat menurut saya dalam kategori layak di berikan lebel, nyatanya editor belum berpihak kepada tulisan saya alisan tidak memberikan lebel. "Hmmmm, tidak ada lebel," saat itu pula perasaan untuk menulis menjadi menurun. Lebih menurun lagi ketika sudah membuat beberapa tulisan dalam sehari dan tulisan tersebut tidak ada satupun yang di beri lebel.
Sakit hati?
Jika di bilang sakit hati, mungkin tidak. Tapi, sebel deh sama Kompasiana. Bayangkan saja, sudah menulis banyak, terkadang rasa emosional yang tidak terkendali membuat air mata menghiasi pipi sembari menuliskan apa yang ada dipikiran pada akhirnya hanya menjadi sebuah tulisan biasa tanpa ada lebel artikel utama atau pilihan. Terkadang, saya juga menanyakan pada diri saya, Kompasiana maunya tulisan yang bagaimana sih tulisan yang menurut saya luar biasa ko bagi editor Kompasiana biasa saja?
Di sisi lain, saya pun tidak serta merta menyalahkan editor Kompasiana. Mungkin, tulisan yang saya buat hanya itu-itu saja sehingga Kompasiana menginginkan inovasi yang lebih dari itu sehingga bahasa-bahasa yang baru hal yang oaling di tunggu. Sampai pada akhirnya hal yang tidak terduga pada saat salah satu tulisan saya dengan judul Setelah Tidak Lagi Denganku di beri lebel Artikel Utama "Waw sungguh luar biasa senangnya" tidak hentinya saya mengucap syukur. Terimakasih Kompasiana yang memberikan wadah bagi para penulis untuk menulis dengan hati.
Indramayu, 29 Januari 2021 | 10:27
