Mohon tunggu...
Nabila Shobawa
Nabila Shobawa Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Focus on the positives and be grateful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Sandi

12 Juli 2020   13:33 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:24 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
liburankejepang.com

Siapa yang tak kenal dengan Sandi. Masih muda,  berbakat juga bertalenta yang memiliki segudang usaha. Karirnya yang menjulang di dapat semenjak ia duduk di bangku kelas 6 SD dengan menjajakan es kacang yang di buat ibunya. 

37 usia yang sudah sangat matang bagi laki-laki untuk memiliki pendamping,  namun berbeda dengan Sandi yang masing happy menyandang status singgel. Meski beberapa rekan bisnisnya menjodohkan dengan perempuan yang sederajat nyatanya ia masih belum ada niatan untuk berumat tangga. 

"San, ibu sudah cukup tua. Jika terus pulang pergi menemani kamu Jakarta Jepang sepertinya ibu sudah tidak kuat lagi dengan usia ibu yang sekarang, "ujar ibu Sandi dengan memegang pundak anak semata wayangnya. 

Semenjak di tinggal pergi selama-lamamya oleh ayah ibu Sandi lah yang senantiasa mendampingi Sandi kemana ia pergi. Jika melihat sepasang suami istri di Jepang terkadang ibu Sandi membayangkan "Semoga Sandi segera di pertemukan dengan jodoh yang terbaik menurut Tuhan.

Beberapa wanita yang pernah mengisi hati Sandi mereka hanya bertahan maksimal 2 sampai 2,5 tahun.  Kesibukan dan jarak menjadikan alasan utama bagi mereka untuk mengakhiri hubungan. 

"Bu, pak Sandi sudah pulang. Kali ini dengan wanita cantik, berhijab pula." sahut bu Ratih dengan membawa minuman. 

Ibu Sandi yang berada di lantai dua bergegas melihat anaknya membawa wanita datang ke rumah. Ia menduga jika wanita itu akan menjadi pengisi hati Sandi untuk selamanya. 

"Sandi...  Tumben pulang lebih awal,"sambil bersalaman dengan Sandi. 

Kebiasaan Sandi meski sudah dewasa ia tak lupa untuk bwrsalaman dengan ibu sebelum dan sepulang kerja. 

Ibu Sandi melihati penampilan dari ujung kaki sampai kepala wanita yang memakai jilbab yang dibawa Sandi ke rumahnya. 

"Mau sampai kapan kamu nak,  hidup melajang seperti ini." Gerutu ibu Sandi dalam hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun