Dalam dunia rekayasa perangkat lunak (RPL), kita sering disibukkan oleh hal-hal teknis seperti coding, debugging, atau testing. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak untuk melihat bagaimana riset di bidang ini berkembang secara keseluruhan? Apakah kita tahu topik-topik apa yang paling sering diteliti dan mana yang masih terabaikan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini bisa ditemukan dalam studi tersier---sebuah jenis studi yang menganalisis banyak studi sistematik sebelumnya.
Salah satu studi tersier yang menarik perhatian adalah milik Khan, Sherin, Iqbal, dan Zahid (2019), yang menganalisis 210 Systematic Mapping Studies (SMS) dalam RPL. Temuan mereka menyajikan potret utuh tentang bagaimana dunia riset RPL dibentuk selama lebih dari satu dekade. Namun, yang lebih penting, studi ini juga menunjukkan bahwa kita masih punya banyak pekerjaan rumah.
Topik Populer dan yang Terlupakan
Dalam hasil studinya, Khan et al. (2019) menemukan bahwa topik-topik seperti software design dan software construction menjadi yang paling sering dibahas. Ini tidak mengejutkan, mengingat dua area ini memang menjadi tulang punggung dalam proses pengembangan perangkat lunak.
Namun, yang cukup mengagetkan adalah beberapa topik yang nyaris tidak disentuh. Misalnya, tidak ada satu pun SMS yang fokus pada mathematical foundations. Selain itu, software configuration management dan software engineering tools juga sangat jarang diteliti. Padahal, area ini memiliki peran besar dalam menjaga kualitas dan keberlanjutan perangkat lunak dalam jangka panjang.
Kualitas Studi: Banyak yang Belum Memenuhi Standar
Studi Khan et al. (2019) juga menyoroti kualitas SMS yang sudah dipublikasikan. Dari 210 studi yang dianalisis, banyak yang ternyata tidak menyertakan informasi dasar seperti kriteria inklusi-eksklusi, metode sintesis data, atau evaluasi kualitas dari studi primer yang mereka kaji. Bahkan, lebih dari separuh studi tidak mengevaluasi kualitas penelitian yang mereka rangkum.
Studi yang dipublikasikan di jurnal umumnya memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan yang ada di konferensi. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh keterbatasan ruang di konferensi atau kurangnya proses review yang ketat. Tapi terlepas dari alasannya, hal ini menunjukkan bahwa masih ada gap antara metode yang ideal dan kenyataan di lapangan.
Masalah Sistemik dalam Komunitas Peneliti RPL
Masalah yang ditemukan bukan hanya soal kualitas individu studi, tapi juga menunjukkan adanya masalah sistemik dalam komunitas peneliti RPL. Banyak peneliti menggunakan panduan dari Kitchenham atau Peterson untuk menyusun SMS, tapi tetap saja banyak yang tidak mengikuti prinsip-prinsip dasar dari metode tersebut.
Ini bisa disebabkan oleh dua hal: pertama, mungkin peneliti belum mendapat pelatihan metodologis yang memadai. Kedua, bisa jadi tekanan untuk "cepat publikasikan" mendorong sebagian peneliti mengabaikan kualitas demi kuantitas. Jika ini terus terjadi, maka bukannya membangun pengetahuan yang kuat, kita justru menciptakan fondasi yang rapuh.
Apa Implikasinya bagi Mahasiswa dan Praktisi?
Bagi mahasiswa seperti kita, temuan ini menyadarkan bahwa belajar RPL tidak cukup hanya bisa ngoding. Kita juga perlu paham bagaimana membaca dan menyusun penelitian dengan cara yang benar. Studi tersier seperti milik Khan et al. ini bisa menjadi bahan belajar yang bagus untuk memahami arah riset dan bagaimana seharusnya riset dilakukan secara sistematis.
Sementara itu, bagi praktisi di industri, hasil studi ini juga penting. Dengan mengetahui area yang jarang diteliti, perusahaan bisa mengambil peran dalam mengembangkan solusi inovatif, misalnya dalam tools manajemen konfigurasi atau integrasi otomatis. Ada peluang besar untuk jadi pionir di area-area yang masih kosong ini.
Kesimpulan: Mari Kembali ke Dasar
Studi Khan et al. (2019) adalah semacam kaca pembesar yang memperlihatkan bagaimana riset RPL telah berjalan sejauh ini. Meski terlihat banyak kemajuan, nyatanya masih ada ketimpangan topik dan ketidakteraturan dalam metode riset. Sebagai mahasiswa, kita bisa mulai dari hal kecil: memahami pentingnya metode ilmiah yang benar dan memilih topik riset yang belum banyak disentuh. Siapa tahu, justru dari sanalah kita bisa memberi kontribusi besar bagi masa depan RPL.