Â
"Pada suatu pagi yang cerah, saya duduk di meja makan dengan mangkuk sereal di depan saya. Sambil menikmati sarapan, saya mengamati sekelompok anak tetangga bermain di halaman belakang mereka. Mereka berlari, tertawa, dan berinteraksi satu sama lain tanpa ada perangkat elektronik di sekitar mereka. Ini adalah pemandangan yang semakin langka di era modern yang didominasi oleh teknologi."
Tak bisa disangkal bahwa kita saat ini hidup di era "Berteknologi Tinggi," di mana teknologi digital telah merasuki hampir setiap aspek kehidupan kita. Dan dalam dunia parenting, peran teknologi semakin penting. Di satu sisi, keajaiban teknologi telah memberikan kita keuntungan luar biasa, seperti akses ke pengetahuan tak terbatas, komunikasi yang lancar, dan prospek pendidikan yang lebih baik. Namun, lonjakan penggunaan teknologi dalam dunia parenting telah membawa beragam hambatan baru, memicu perdebatan sengit mengenai dosis yang sesuai untuk paparan layar bagi anak-anak.
Namun, ada gerakan parenting yang muncul sebagai respons terhadap dominasi teknologi ini: "Parenting Berkualitas Rendah." Dalam editorial ini, kita akan menggali konsep parenting ini - definisinya, signifikansinya, dan cara-cara kita dapat mencapai keseimbangan harmonis antara teknologi dan pengalaman kehidupan yang nyata.
Definisi "Parenting Berkualitas Rendah"
Sebelum lebih jauh membahas "Parenting Berkualitas Rendah,"Â mari kita definisikan terlebih dahulu apa arti istilah ini. "Parenting Berkualitas Rendah" adalah pendekatan dalam parenting yang menekankan pada pengurangan penggunaan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari anak-anak. Ini tidak berarti teknologi sepenuhnya dilarang, namun tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan antara waktu yang dihabiskan di dunia digital dan waktu yang dihabiskan di dunia nyata.
Dalam konteks "Parenting Berkualitas Rendah," ada beberapa prinsip yang sering diikuti:
1. Batas Waktu Layar: Salah satu prinsip utamanya adalah menetapkan batas waktu untuk penggunaan layar, seperti perangkat seluler, tablet, atau komputer. Ini bertujuan untuk membatasi berapa lama anak-anak menghabiskan waktu di dunia virtual.
2. Aktivitas di Luar Ruangan: Mendorong anak-anak untuk lebih banyak bermain di luar ruangan, menjelajahi alam, berolahraga, dan mengalami kehidupan di luar jaringan Wi-Fi.
3. Interaksi Sosial:Â Mendorong interaksi sosial di dunia nyata, seperti bermain dengan teman secara langsung, berbicara dengan anggota keluarga, dan mengembangkan keterampilan sosial.
4. Kreativitas dan Imajinasi: Mengutamakan aktivitas kreatif dan imajinatif, seperti membaca buku, mewarnai, bermain permainan tradisional, atau sekadar berkhayal.
5. Kontrol Orang Tua: Orang tua berperan aktif dalam mengontrol penggunaan teknologi anak-anak, memastikan konten yang diakses sesuai dengan usia mereka.
