Mohon tunggu...
Nabilalr
Nabilalr Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Pembelajar Omnivora. Menulis sebagai tanda pernah 'ada', pernah 'merasa', dan pernah disebuah 'titik'.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Satu Panggilan Keluar yang Mendobrak Dinding Terakhir

7 Mei 2019   11:28 Diperbarui: 7 Mei 2019   21:23 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Seriusan ih."

"Iya iya. Sabar dong." Si laki-laki menjawab santai. Lalu membasahi tenggorokannya dengan mojito sebelum melanjutkan berbicara.

"Sejak kamu telpon aku. Waktu kamu di Jogja." Si laki-laki menjawab. Mantap.

"Seriously? Yang aku lagi makan mi ayam itu? Dua minggu lalu?" Timpal si perempuan. Terkejut.

"Iya."

"Ada apa dengan telepon itu? Aku cuma telpon kamu kayak biasanya." Tukas si perempuan menuntut penjelasan lebih.

"Aku ngerasanya ngga gitu. Kita udah lama, dan baru sekali itu kamu telpon. Aku langsung berpikir pasti ada yang penting." Si laki-laki ini tenang menjelaskan. Menepikan rice bowl dan mojitonya sejenak demi sebuah penjelasan.

"Aslinya ngga penting kan. Zonk deh. Hahaha" si perempuan melepas tawa. Menyembunyikan rona wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Enggak. Aku seneng kok. Jadi gini ya rasanya dikangenin dan dibutuhin. Hahaha" Giliran si laki-laki yang melepas tawa.

"Hih GR. Aku kan udah bilang. Semua pada masuk wahana. Aku ngga ikut, terus cari mi ayam di kaki lima. Terus telpon kamu."

"Karena kamu kangen, sendirian dan perlu teman mengobrol kan? Beneran. Kamu lepas banget waktu itu. Ngga ada beban. Beda sekali." Jawab laki-laki itu, lalu menatap sepang mata berwarna hazel milik si perempuan lekat lekat. Mengingat kembali ocehan dan tawa yang lepas saat perempuannya sedang bercerita lewat sambungan telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun