"Seriusan ih."
"Iya iya. Sabar dong." Si laki-laki menjawab santai. Lalu membasahi tenggorokannya dengan mojito sebelum melanjutkan berbicara.
"Sejak kamu telpon aku. Waktu kamu di Jogja." Si laki-laki menjawab. Mantap.
"Seriously? Yang aku lagi makan mi ayam itu? Dua minggu lalu?" Timpal si perempuan. Terkejut.
"Iya."
"Ada apa dengan telepon itu? Aku cuma telpon kamu kayak biasanya." Tukas si perempuan menuntut penjelasan lebih.
"Aku ngerasanya ngga gitu. Kita udah lama, dan baru sekali itu kamu telpon. Aku langsung berpikir pasti ada yang penting." Si laki-laki ini tenang menjelaskan. Menepikan rice bowl dan mojitonya sejenak demi sebuah penjelasan.
"Aslinya ngga penting kan. Zonk deh. Hahaha" si perempuan melepas tawa. Menyembunyikan rona wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Enggak. Aku seneng kok. Jadi gini ya rasanya dikangenin dan dibutuhin. Hahaha" Giliran si laki-laki yang melepas tawa.
"Hih GR. Aku kan udah bilang. Semua pada masuk wahana. Aku ngga ikut, terus cari mi ayam di kaki lima. Terus telpon kamu."
"Karena kamu kangen, sendirian dan perlu teman mengobrol kan? Beneran. Kamu lepas banget waktu itu. Ngga ada beban. Beda sekali." Jawab laki-laki itu, lalu menatap sepang mata berwarna hazel milik si perempuan lekat lekat. Mengingat kembali ocehan dan tawa yang lepas saat perempuannya sedang bercerita lewat sambungan telepon.