Mohon tunggu...
Nabilah Nur Arfiani
Nabilah Nur Arfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Become who you are.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KKN Tematik UPI 2021: Pentingnya Kerja Sama Guru dan Orang Tua dalam Pendidikan Usia Dini

30 Juli 2021   19:59 Diperbarui: 1 Agustus 2021   09:48 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Masa pandemi Covid-19 mengubah hampir semua bidang kehidupan, terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Dampaknya sangat terlihat jelas karena adanya keterbatasan ruang gerak masyarakat. Setiap sekolah diharuskan belajar dari rumah, sedangkan usaha masyarat juga terhambat karena minimnya mobilitas masyarakat. Sehingga KKN yang dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Indonesia juga beralih menjadi daring. Setiap mahasiswa diarahkan untuk membangun desa dalam bidang pendidikan dan ekonomi secara daring di sekitar rumahnya.

Pendidikan sebagai titik awal anak-anak bangsa mendapatkan ilmu, namun pengalaman mereka menjadi terbatas secara fisik. Masa kanak-kanak adalah masa perkembangan yang pesat bagi fisik dan otak dalam kemampuan bahasa (Santrock, 2011). Terutama anak-anak TK yang seharusnya memiliki pengalaman luar biasa saat masuk lingkungan baru dan bertemu dengan teman baru, justru tergantikan oleh pertemuan daring. Apakah ini cukup untuk menggantikan pengalaman berharga mereka? Anak-anak yang berada pada masa pertumbuhan fisik yang pesat bisa terhambat jika tidak diarahkan untuk terus aktif.

Seorang guru di sebuah TK juga mengatakan bahwa seorang anak yang masih dini mungkin akan kesulitan jika harus belajar di rumah. Suasana rumah dan lingkungan sekolah tentu berbeda. Anak juga biasanya tidak mudah diajak belajar atau melakukan kegiatan bersama orang tuanya (Astuti & Harun, 2021), kemandirian anak juga bisa berkurang jika hanya belajar di rumah. Sedangkan di sekolah mungkin akan ada guru yang lebih luwes dalam mengajar, anak cenderung lebih mudah diajak belajar, bahkan bisa sedikit lebih mandiri saat masuk ke lingkungan baru tanpa ada orang tua di sisi mereka.

Hal tersebut yang membuat orang tua dan guru jadi meragukan pendidikan anak di masa pandemi. Banyak orang tua yang ingin anaknya bersekolah secara tatap muka, namun kondisi pandemi mengharuskan adanya batasan ruang fisik. Selain itu, adanya keterbatasan penggunaan handphone orang tua di beberapa desa juga menjadi salah satu kendala yang membuat pihak sekolah dan orang tua kesulitan dalam berkomunikasi. Selain itu, pembagian waktu antara membimbing anak belajar dan melakukan pekerjaan juga dikeluhkan para orang tua.

Beberapa sekolah akhirnya menerapkan sistem belajar campuran (luring/tatap muka dan daring). Bagi guru dan orang tua, ini bisa menjadi harapan untuk meminimalisasi berbagai kendala yang ada. Namun sistem ini juga tetap menuntut adanya kerja sama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua dalam mendampingi anak belajar. Saat belajar secara luring, orang tua perlu mengenalkan dan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku kepada anak. Sementara di sekolah, seorang guru harus selalu mengingatkan siswa-siswi untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Pihak sekolah juga mungkin harus menyesuaikan beberapa peraturan atau sistem baru di sekolah, misalnya di TK membatasi jam belajar yang awalnya selama 3 jam menjadi 1 jam. Pihak sekolah memangkas jam istirahat bagi para siswanya untuk meminimalisasi kontak secara fisik.

Pada saat belajar di rumah, guru juga perlu membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menyesuaikan dengan tema kegiatan agar dapat dilakukan secara maksimal di rumah.  Bahan atau media pembelajaran yang digunakan tentu harus mudah ditemukan di rumah atau lingkungan tempat tinggal. Ini bukan hal yang mudah bagi guru, ada target capaian yang harus dipenuhi, dan juga kondisi yang harus disesuaikan. Kegiatan pembelajaran di rumah tetap harus menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik (Astuti & Harun, 2021). Hal ini penting agar anak mendapatkan pendidikan yang sesuai dan maksimal. Pembelajaran tematik berarti sesuai tema yang ada di kurikulum sekolah dan pendekatan saintifik sebagai upaya untuk membangun cara berpikir anak (Astuti & Harun, 2021). Setiap rentang usia tertentu membutuhkan stimulus yang tepat agar anak usia dini melewati fase perkembangannya dengan optimal (Oktaria & Putra, 2020). Stimulus tersebut harus disiapkan utamanya  oleh guru. Guru dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Guru merupakan sosok orang tua bagi anak pada saat anak belajar.

Sementara,  peran orang tua yang paling penting adalah keterlibatan secara fisik dan emosi dalam membimbing anak belajar di rumah. Orang tua perlu meluangkan waktu lebih banyak dalam membimbing anak belajar atau perlu adanya keseimbangan penggunaan waktu dalam membimbing anak dan melakukan pekerjaan (Astuti & Harun, 2021). Diperlukan usaha lebih dari orang tua untuk memotivasi anak belajar di rumah. Itu dapat  dilakukan dengan memperbanyak komunikasi antara orang tua dan anak. Komunikasi dapat mengembangkan bahasa, pemahaman, dan pemikiran anak usia dini karena otak mereka sedang berkembang dengan pesat (Santrock, 2011). Orang tua juga harus membuat suasana belajar anak menjadi aman, nyaman, dan menyenangkan, sehingga orang tua dan anak tidak akan merasa terbebani walaupun harus belajar di rumah (Astuti & Harun, 2021). Adanya komunikasi yang baik akan menjadikan kualitas hubungan emosi antara orang tua dan anak juga akan terjalin dengan baik.

Selain jalinan komunikasi antara orang tua dan anak, komunikasi antara orang tua dan guru juga harus dijalin dengan baik. Beberapa orang tua mungkin merasa kesulitan membimbing anak belajar sesuai kurikulum di sekolah. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut orang tua harus berkomunikasi dengan guru. Jalinan komunikasi yang baik antara orang tua dengan guru diharapkan akan menjadikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak. Perlu diingat bahwa tanggung jawab pendidikan anak itu bukan hanya semata-mata tanggung jawab guru, melainkan juga tanggung jawab orang tua.

Referensi:

Astuti, I.Y. & Harun. (2021). Tantangan Guru dan Orang Tua dalam Kegiatan Belajar Dari Rumah Anak Usia Dini pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1441-1463.

Oktaria, R. & Putra, P. (2020). Pendidikan Anak dalam Keluarga sebagai Strategi Pendidikan Anak Usia Dini saat Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Pesona PAUD, 7(1), 41-51.

Santrock, J.W. (2011). Life Span Development: Perkembangan Masa-Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun