Mohon tunggu...
Nabilah Aristawati
Nabilah Aristawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Maliki Malang

Hobi dengerin musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Rasa Jijik terhadap Sesuatu, Lebay atau Normal?

4 Desember 2022   13:19 Diperbarui: 4 Desember 2022   13:23 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pernahkah kalian merasa jijik terhadap orang yang sedang muntah? Atau merasa jijik pada kotoran binatang dan feses ketika sedang buang air besar? Atau bahkan pernah merasa jijik terhadap sesuatu yang dianggap biasa atau normal bagi orang lain? Bagaimana rasa jijik ini terjadi pada diri kita?

Pertama kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan rasa jijik. Jijik merupakan reaksi terhadap sesuatu yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman, risih, dan tidak suka. Ketika timbul rasa jijik, maka otomatis akan menghindari sesuatu yang membuat rasa jijik seseorang muncul.

Reaksi umum ketika mengalami rasa jijik yaitu dengan mengerutkan hidung atau mengangkat bibir. Selain itu bisa juga dengan kata-kata tertentu seperti "iuh" dan "ugh." Bahkan ras jijik juga bisa menimbulkan reaksi fisiologis seperti mual, muntah, dan nafsu makan menjadi berkurang.

Terkadang rasa jijik ini menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah rasa jijik seseorang terhadap sesuatu dianggap normal atau malah berlebihan?

Ternyata rasa jijik ini memiliki beberapa dampak positif bagi manusia. Saat merasa jijik, seseorang akan berusaha untuk tidak bersentuhan dengan hal-hal yang membuat rasa jijik tersebut muncul dan atau melepaskan diri dari zat atau bahan berbahaya dari tubuh. Sehingga seseorang dapat terhindar dari sesuatu yang berbahaya seperti racun atau kuman.

Dengan kita memiliki rasa jijik terhadap hal-hal yang bersifat kotor, maka kita akan tergerak untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat membantu kita untuk mencegah berbagai penyakit seperti cacingan, diare, dsb.

Penyebab rasa jijik sebenarnya tidak hanya berasal dari feses ataupun muntahan. Darah, lendir, ingus, keringat, air mani, dan nanah juga bisa menyebabkan rasa jijik pada seseorang. Selain itu penyebab lainnya seperti sampah, makanan busuk, air yang kotor, luka, binatang yang menjijikkan macam kutu, lalat, dan belatung dapat menimbulkan perasaan jijik.

Mengapa kita bisa merasakan jijik? Perasaan jijik merupakan perasaan yang muncul secara alami dan setiap manusia memiliki naluri untuk merasakan jijik. Perasaan jijik ini sudah bisa kita rasakan bahkan sejak masih kanak-kanak. Perasaan jijik merupakan emosi yang rumit juga kompleks.

Rasa jijik dihasilkan oleh otak manusia yang disebut dengan insula anterior. Bagian otak ini juga memproses empati serta bagaimana cara tubuh memproteksi dari sesuatu yang membuat kita risih atau tidak nyaman. Maka dari itu, rasa jijik bisa dikendalikan untuk tujuan yang baik dan tidak menimbulkan ancaman dengan berempati pada hal-hal yang menjadi pemicu perasaan tersebut.

Contohnya yaitu ketika kita merasa jijik terhadap teman kita yang memiliki kutu di rambutnya, cobalah untuk berempati kepada diri sendiri. Dengan kita memiliki rasa empati, kita menjadi termotivasi untuk menolong teman kita dengan membersihkan dan mengobati agar kutu di rambutnya cepat hilang.

Apakah rasa jijik ini berpengaruh pada perkembangan sosial? Jawabannya yaitu berpengaruh pada perkembangan sosial. Ketika kita tidak bisa mengendalikan perasaan jijik, maka akan ada kecenderungan untuk mengabaikan, menolak, atau bahkan menyakiti orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun