Mohon tunggu...
Nabila Dinda Mahardhika
Nabila Dinda Mahardhika Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa HI UIN JAKARTA

Hello! Welcome to my world!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Kuba Terkait Pengusiran Diplomat Kuba di PBB Tahun 2019

14 Juni 2020   20:00 Diperbarui: 14 Juni 2020   20:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera  Negara AS dan Kuba, sumber: CNN

Amerika serikat (AS) dan Kuba merupakan dua negara yang telah mengalami hubungan diplomatik yang sangat panjang dan complex, serta mengalami hubungan yang beku hampir 50 tahun. AS dan Kuba memiliki sebuah konflik yang dinamakan Krisis Misil Kuba yang terjadi di tahun 1962 akibat dari Perang Dingin yang terjadi diantara AS dan Uni Soviet. Awal mula terjadi krisis tersebut karena adanya pembangunan instalasi rudal balistik jarak di Kuba, kemudian AS mengetahui pembangunan tersebut karena secara geografis letak negara AS dan Kuba berdekatan. Karena merasa terancam, AS sudah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu terjadi perang nuklir. 

Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kebekuan hubungan diantara kedua negara. Memburuknya hubungan AS dengan Kuba diawali ketika Fidel Castro melakukan revolusi terhadap berbagai kebijakan dalam negeri Kuba, salah satunya adalah menasionalisasikan kilang minyak milik perusahaan-perusahaan asing asal AS. Hal tersebut yang memicu terjadinya pemutusan hubungan diplomatik antara Kuba dengan AS.

Singkat sejarahnya, setelah hampir setengah abad mengalami ketegangan hubungan diplomatik, di tahun 2015 pada masa pemerintahan Barack Obama sudah kembali mengalami normalisasi. Awal mula normalisasi untuk AS dan Kuba adalah saat keduanya melakukan pertemuan di Panama yang membicarakan tentang rencana untuk membuka lembaran baru dan memperbaiki hubungan diplomatik AS dan Kuba. Hubungan diplomatik AS dengan Kuba pada masa Barack Obama mengalami banyak perubahan ke arah lebih baik. Mereka sepakat untuk meningkatkan hubungan melalui diplomatik di berbagai bidang salah satunya adalah olahraga. Kedua negara tersebut percaya bahwa dengan adanya hubungan di bidang tersebut dapat meredam konflik dan ketegangan yang tercipta sebelumnya. 

Setelah mengetahui latar belakang bagaimana hubungan antara AS dan Kuba bisa mengalami alur yang sangat dinamis sejak dahulu,  dan terakhir pada masa pemerintahan Barack Obama   hubungan diplomatik keduanya sudah membaik. Namun, pada saat masuk di era pemerintahan Donald Trump dimana sedang menghadiri Sidang Majelis Umum PBB ke-74 AS memerintahkan pengusiran dua anggota delegasi dari Kuba dan membatasi perjalanan delegasi negara lainnya. 

Pengusiran terjadi karena AS merasa bahwa dua diplomat Kuba tersebut berupaya melakukan aksi berbahaya dan akan berpengaruh kepada keamanan nasional AS, tetapi AS tidak memberitahu siapa saja nama kedua diplomat tersebut. Menteri Luar Negeri Kuba, Bruno Rodriguez membantah tidak terima atas apa yang dituduhkan oleh AS. Rodriguez memnganggap bahwa hal tersebut hanya provokasi dari Trump yang mengarah kepada hubungan bilateral dan penyerangan lebih lanjut dari AS untuk Kuba yang menyebabkan hubungan kedua negara ini memanas kembali akibat aksi dari Presiden Donald Trump melakukan provokasi tersebut.

Jika dianalisa menggunakan perspektif realisme dapat dilihat bahwa apa yang dilakukan oleh Presiden Donald Trump ini adalah semata-mata hanya untuk kepentingan negaranya sendiri. Trump sangat ingin memprovokasi spiral diplomatik yang pada akhirnya akan mengarah kepada penutupan kedutaan bilateral dan blockade dari AS untuk menciptakan ketegangan dengan Kuba. AS sangat mengutamakan kepentingan nasional dari ancaman negara lain karena pihak Kuba dianggap menyalahgunakan hak istimewa dari residensi mereka dan berupaya untuk melakukan sebuah “operasi” untuk melawan AS. Hal tersebut sangat mencerminkan sifat dasar perspektif realisme dimana berdasarkan 3 asumsi utamanya yaitu state, survival, dan self-helps, disini AS harus bisa mempertahankan negaranya sendiri dari tuduhan Kuba dan menganggap bahwa ini adalah sebuah ancaman keamanan nasional untuk AS.

Kemudian kebijakan luar negeri yang ambil oleh AS untuk mengintervensi Kuba salah satunya adalah pembatasan delegasi Kuba untuk melakukan keberangkatan ke Manhattan. Hal tersebut membuat pihak Kuba sedikit memanas karena mereka menganggap bahwa semua ini hanya cerita yang dibuat-buat oleh AS agar pihak PBB bisa setuju dengan apa yang dikatakan oleh Trump.

Disini sangat terlihat jelas bagaimana negara berpower seperti AS bisa dengan mudah membalikkan fakta yang ada. Pihak PBB sudah meminta AS untuk mengizinkan akses dan izin tinggal untuk semua diplomat asing yang ditugaskan ke Misi PBB di New York. Namun, AS menolak dan beralasan bisa menolak visa para diplomat tersebut karena alasan keamanan, terorisme, dan kebijakan luar negeri. Dengan memiliki kekuatan atau power yang besar negara dapat dengan mudah mengatur dan mengontrol sistem internasional agar negara yang lebih kecil kekuatannya bisa tunduk dan patuh kepada negara berkuasa. Realisme mengatakan bahwa hubungan internasional bersifat konfliktual dan mementingkan keselamatan diatas segalanya, Trump menganggap bahwa kejadian ini bahwa Kuba sangat mengancam sistem keamanan nasional AS karena Trump menganggap bahwa Kuba akan menyerang AS sewaktu-waktu dan nantinya akan berpengaruh terhadap sistem nasional negara AS jika hal itu benar terjadi hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi kemungkinan terburuknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun